Health

“Beauty 4.0” : Bukan Sekadar Kecantikan Fisik

Memasukki Revolusi Industri 4.40 — pada Era Digitalisasi — sudah menyapa dunia industri, tidak terkecuali Industri Estetika juga mengalami perkembangan dan perubahan pasar. Berikut kesiapan Miracle Aesthetic Clinic.

Perintis bisnis estetika di Tanah Air sejak Juli 1996, Miracle Aesthetic Clinic, telah bersiap menghadapi, menyikapi dan memiliki solusi tersendiri dalam mengatasi perubahan terjadinya “Beauty 4.0”.
Terlebih, klinik kecantikan yang telah hadir di Tanah Air, dan memiliki 19 cabang menyebar di Jakarta, Surabaya, Malah, Denpasar, Kuta, Balikpapan, Batam, Makassar, Meda, Manado, Lombok , Yogyakarta dan semarang, tercatat selalu menjadi pencipta tren kecantikan.

Pandangan itu mengemuka dalam acara ”Aesthetic Outlook 2019: The Turn-around paradigm of BEAUTY 4.0”, yang digelar Selasa, 12 Februari 2019 di Jakarta.

Pada perjalanannya, dokter Lanny Juaniarti pun memerinci tren estetika. Pada Beauty 1.0, konsep perawatan fokus hanya pada 1 dimensi saja, yaitu dokter menggunakan apa yang disebut dengan golden ratio. Dan dari sudut pandang dokter lah yang menentukan perawatan yang bagi pelanggan.
Lantas pada Beauty 2.0, masyarakat menginginkan tampilan wajah dengan perfect look namun tetap memiliki keaslian, versi terbaik dirinya. Sedangkan Beauty 3.0, tuntutan masyarakat kian berkembang, tidak sekadar ingin menyempurnakan tampilan wajahnya namun perawatan kecantikan yang dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Kini industri kecantikan telah memasuki era Beauty 4.0, beriring era digital sangat memengaruhi perubahan di industri kecantikan. Media sosial juga memunculkan Sosial Beauty, yang membuat eksistensi diri seseorang dapat menimbulkan dampak positif, atau mmenuai banyak kritik yang menimbulkan haters.

:Hal ini tentunya menimbulkan dampak pada sosial dan psikologi seseorang,” kata dr. Lanny Juaniarti.
dr. Lanny Juniarti melanjutkan keterangannya,” Beauty 4.0 tidak lagi fokus pada sudut pandang dokter, tidak lagi terikat pada sudut pandang dan keinginan individu saja, namun sudah multidimenasional.

“Di era ini kecantikan juga terkait pada opini orang lain yang menilainya, social awareness hingga opini public, yang berorientasi dengan fisik dan emosinal individu. Maka tantangan kami, posisi pasien di tengah publik, yang membutuhkan aktualisasi ukuran cantik. Jadi tidak lagi personal tapi sosial.
Karenanya, emosi dari kehidupan seseorang juga menjadi beban kami. Maka mau tidak mau harus siap atas perubahan ini. Jadi tidak sekadar bikin seseorang lebih cantik, tetapi berdampak juga pada psikonya.”

[]Andriza Hamzah
Photo : Aha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *