News Hitz

Penguatan Literasi, Menjangkau 200.000 Siswa

Tak sebatas memahami, tetapi juga merespon  bahwa literasi anak masih sangat membutuhkan dukungan, bahkan urgensinya kian terlihat di masa pandemi COVID-19, PT  Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) melaksanakan rangkaian program penguatan literasi anak guna mendukung mereka hidup lebih sehat dan sejahtera.

Inisiatif yang diharapkan dapat menjangkau lebih dari 200.000 siswa hingga akhir 2020 ini dipaparkan pada Webinar KompasTalks “Literasi Anak Jadi Awal Kesejahteraan Indonesia”, yang menghadirkan pembicara dari  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (KEMDIKBUD RI), UNICEF, Prestasi Junior Indonesia (PJI), dan pegiat literasi, Nila Tanzil.

Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia

Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia, mengatakan, “Prudential Indonesia percaya bahwa bisnis yang baik harus diikuti dengan berbagi kebaikan kepada masyarakat, yang sejalan dengan semangat ‘We DO Good’. Pendidikan adalah salah satu pilar penting pada komitmen pemberdayaan masyarakat dari Community Investment Prudential Indonesia, karena memiliki efek domino pada seluruh sendi kehidupan. Karenanya, kami terus menguatkan literasi anak sejak dini melalui dua program besar, yaitu program dukungan pendidikan yang berkolaborasi dengan UNICEF, serta program Cha-Ching bersama PJI. Keduanya juga merupakan bagian dari upaya kami membantu generasi penerus mendapatkan yang terbaik dalam kehidupannya kelak.”

Dr. Samto, Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus KEMDIKBUD RI menyampaikan, “Di abad 21, keterampilan yang sangat dibutuhkan salah satunya adalah literasi, karena menjadi dasar bagi semua. Literasi bukan sekadar baca tulis, tapi terkait dengan rangkaian panjang sehingga anak tidak sekadar bisa membaca teks, namun juga mampu memahami konteks. Hal ini harus dimulai sejak dini. Untuk mendukung hal tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mencanangkan serangkaian program, seperti “Gerakan Literasi Nasional”, asesmen kompetensi minimum siswa untuk literasi dan numerasi, dan banyak lainnya.”

Dr. Samto, Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus KEMDIKBUD RI

Kecakapan literasi, termasuk literasi keuangan masih harus terus didukung karena nyatanya tingkat kemampuan literasi di Indonesia masih belum merata. Sebagai contoh, indeks aktivitas literasi membaca (alibaca) menunjukkan bahwa masih terdapat celah perbedaan cukup tinggi antara provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi dengan indeks alibaca tertinggi (58,16) dengan Papua yang menduduki peringkat indeks alibaca terendah (19,9).

Kesenjangan ini kian terasa makin berat di tengah pandemi. Menyusul ditutupnya sebagian besar sekolah, proses belajar mengajar kini mengandalkan metode daring. UNICEF menyebutkan bahwa 35% siswa belum memiliki koneksi internet memadai untuk sekolah daring. Selain itu, hanya sedikit anak yang memiliki komputer atau laptop untuk mengakses internet dari rumah, terutama mereka yang tinggal di pedesaan, rata-rata kurang dari 15%[1].

Perwakilan UNICEF Indonesia, Debora Comini

“COVID-19 telah berdampak terhadap hampir 60 juta anak di Indonesia. Kita harus memastikan setiap anak bisa terus belajar. Anak-anak adalah urusan semua orang dan UNICEF menghargai dukungan Prudential Indonesia dalam membantu memprioritaskan pendidikan mereka,” kata Perwakilan UNICEF Indonesia, Debora Comini.

[]Malika

Photo : Dok. PR Alchemy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *