Terasa, Anda dan banyak dari kita kesulitan membendung dan menghindari godaan kuliner. Terlebih tradisi Lebaran yang diwarnai dengan hidangan lezat. Faktanya, selama perayaan, mayoritas masyarakat bahkan sering mengonsumsi makanan lebih dari tiga kali dalam sehari. Dan, penganan yang dikonsumsi yang kaya akan lemak yang dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi. Berujung, dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan jangka panjang. […]
Penyakit autoimun, merupakan suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang tubuh sendiri, ada ratusan jenisnya. Salah satu yang sering diperbincangkan adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau Radang Usus. IBD merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kelainan yang berhubungan dengan peradangan pada saluran pencernaan atau gastrointestinal.
Guna mewaspadai penyakit autoimun IBD, MCF (Marisza Cardoba Foundation), organisasi nirlaba yang menjadi mitra Pemerintah untuk mengedukasi pentingnya penerapan pola hidup sehat sebagai upaya pencegahan autoimun dan meningkatkan kualitas kesehatan penderitanya, bersama Darya Varia Laboratoria mengelar webinar umum pada Hari Sabtu 11 September 2021 pukul 10.00 – 12.00 WIB melalui media Zoom dengan tema “Mengenal Inflammatory Bowel Disease (IBD) Pada Anak”.
Dewan Pakar Medis MCF, Prof.Dr.dr. Zakiudin Munatsir SPA(K) yang menjadi narasumber medis pada kegiatan webinar edukasi autoimun, menyampaikan, “IBD terdiri dari dua jenis penyakit yaitu Penyakit Crohn (PC) dan Kolitis Ulseratif (KU). KU adalah peradangan kronis pada lapisan terdalam usus besar atau kolon, sedangkan PC yang juga dikenal sebagai Crohn’s Disease, merupakan peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke dubur.”
Lebih lanjut Prof. Zakiudin Munatsir menjelaskan, “Pada orang dengan KU mau pun PC seringkali muncul bisul di saluran usus. Bisul adalah robekan atau robekan pada lapisan usus yang dapat menyebabkan rasa sakit atau perdarahan.”
Menurut dokter yang juga aktif membina belasan ribu Orang Dengan AutoImun (ODAI) di MCF, ini penyebab pasti terjadinya peradangan gastrointestinal tersebut belum diketahui, namun diduga terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. IBD pada anak dapat terjadi karena ada bakat genetik yang dicetuskan oleh faktor lingkungan misalnya infeksi dan lain-lain.
Prof. Zakiudin Munatsir memaparkan bahwa PC dan KU memiliki banyak gejala yang sama, mungkin sulit untuk mengetahui kondisi yang diderita seorang anak. Mendiagnosis penyakit ini memerlukan beberapa tes.
Orang tua tentu diharapkan lebih memerhatikan dan tanggap, agar si buah hati terhindar gangguan. Adalah yang pertama dilakukan, tes darah untuk memeriksa kondisi seperti anemia (hemoglobin rendah), protein darah rendah (albumin), atau bukti peradangan di suatu tempat di tubuh (peningkatan protein C-reaktif, tingkat sedimentasi/ laju endap darah, atau jumlah sel darah putih).
Tes kedua adalah adalah tes/studi tinja untuk memeriksa infeksi, darah dalam tinja, atau penanda peradangan di usus.
Tes ketiga dilakukan pencitraan kondisi perut dengan CT enterography (CTE) atau MR enterography (MRE) untuk mencari peradangan, pembengkakan atau penyempitan usus. Ini juga melihat area di perut di luar usus untuk komplikasi IBD.
Sebuah MRE memiliki keuntungan yang menggunakan magnet, bukan radiasi, untuk mengambil gambar. Endoskopi bagian atas dan kolonoskopi penting untuk dilakukan, yakni dengan cara menelan atau menempatkan kapsul video selama endoskopi atas untuk melihat lapisan usus kecil dengan tabung fleksibel dan kamera, dilanjutkan dengan biopsi untuk memeriksa lebih lanjut sampel jaringan di bawah mikroskop.
“Pada kasus dengan gejala berat yang tidak kunjung membaik, dibutuhkan tindakan operasi sesuai dengan jenis radang yang dialami pasien, seperti proktokolektomi yaitu pengangkatan seluruh usus besar pada kasus KU berat, atau pengangkatan sebagian saluran pencernaan yang rusak pada kasus PC,” jelas Prof. Zaki.
Untuk mencegah terjadinya IBD pada anak, Prof. Zaki menekankan pentingnya menjaga pola hidup sehat, di antaranya:
1. Menerapkan pola makan gizi seimbang
Pilih sumber makanan sehat, bernutrisi utuh (minim proses), dan alami (bebas zat artifisial seperti pengawet, pewarna, penyedap, dan sebagainya), serta bebas gluten. Pasien IBD juga beresiko kekurangan vitamin dan mineral, termasuk zat besi, kalsium, vitamin D, vitamin B12, dan asam folat. Suplemen kalsium merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit tulang.
2. Rutin olah raga dan istirahat cukup
3. Komunikasi positif dan mendukung dalam keluarga
Anak dengan kasus IBD rentan mengalami stres psikososial yang signifikan, masalah emosional dan perilaku, serta perubahan gaya hidup yang tak terduga karena kekambuhan. Juga dapat terjadi kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya dapat diakibatkan oleh ketidakhadiran di sekolah dan dapat diperparah oleh harga diri yang rendah karena pertumbuhan dan perkembangan yang tertunda . Oleh karena itu bertukar pikiran saling berbagi pengalaman buat mengatasi masalah ini sangat diperlukan selain mungkin harus konsultasi ke psikiater atau psikolog.
4. Bangun kebiasaan menulis jurnal harian
Kenali pencetus kekambuhan gejala IBD dengan mencatat semua kegiatan/asupan yang dirasakan nyaman atau tidak nyaman. Hindari yang menyebabkan timbul reaksi tidak nyaman.
5. Rutin berobat ke dokter
Kondisi kesehatan harus selalu terpantau. Jika terjadi infeksi harus diobati tuntas.
“Orang tua diharapkan memperhatikan dan berhati-hati jika anak-anak mengalami keluhan sakit perut disertai rasa mual dan kondisi fisik yang melemah guna mewaspadai terjadinya IBD pada anak dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang yang permanen,” tutup Prof. Zakiudin Munatsir.
Hemofilia merupakan penyakit gangguan perdarahan, di mana darah sulit membeku dengan baik. Penderita hemophilia memiliki risiko penrdarahan berlebihan, bahkan luka dari kecil sekali pun. Kian menjadi perhatian. Berdasarkan data dari World Federation of Hemapholia dalam Report on the Annual Global Surey 2021, hingga tahun 2021, Indonesia mencatat 2.939 pasien hemafolia. Berpijak dari sanalah, dan dalam upaya […]
Cerebral Palsy (CP) atau tuna daksa adalah sekumpulan gangguan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak dan menjaga keseimbangan serta postur tubuhnya. CP terjadi oleh perkembangan otak yg abnormal atau adanya kerusakan di otak yang memengaruhi kemampuan penderitanya dalam mengontrol otot. Begitu pun, CP tidaklah dapat dinyatakan sebagai suatu kecacatan. Karena, pada dasarnya, anak dengan Cerebral […]
Lancar dan sukses dilaksanakannya penandatanganan kontrak yang diadakan pada bulan Mei, BP Batam, RSBP Hospital dan dClinic, melakukan gerakan lebih untuk menuju sempurna. Tepatnya. Melanjutkan forum Juni 2019 dalam membahas peningkatan kemajuan Batam sebagai Zona Ekonimi Digital, berlanjut dilakukan serangkaian lokakarya Perencanaan Implementasi di Batam. Lokakarya ini difasilitasi oleh penasihat utama dClinic, Deloitte South East […]