Adalah seorang seniman musik, Andrian Ishak, yang didorong oleh rasa cintanya terhadap makanan dan ilmu sains, lantas menggabungkan sains dengan beberapa tambahan lainnya untuk membuat hidangan tradisional versinya.
Gaya memasak dengan kombinasi sains yang dipilih Adrian, panggilan akrabnya, berujung menghadirkan hal yang baru, sebuah variasi yang menyenangkan pada hidangan tradisional. Yang tentu dapat dimakan dan memberikan sensasi rasa tersendiri, hanya bila Anda hadir di Namaaz Dining, restoran molecular gastronomy pertama di Indonesia, berlokasi di Jakarta Selatan.
Melalui molecular gastronomy-nya, Andrian berharap dapat menyorot makanan-makanan jalanan setempat di setiap piring yang ia sajikan, sebagai refleksi dari kecintaannya terhadap makanan.
Namun, menggapai apa yang diraih, cukup panjang perjalanan yang dilalui Adrian.
Pastinya, ia tidak memiliki latar belakang kuliner. Tepatnya, ia berangkat dan masuk gemebyar panggung hiburan melalui bermain, sebagai pemain gitar. Menjadi menarik, langkahnya membawanya bergiat menciptakan hidangan yang penuh keajaiban sebagai sarana untuk menyalurkan seninya.
Untuk keputusannya, Adrian mengungkap, tak terlepas dari Pendidikan yang Ia geluti di Institut Pariwisata Bandung merupakan salah satu sarana yang membantunya mengerti seberapa penting arti sebuah ‘keputusan’. Keputusan membentuk sebuah kepercayaan diri terhadap segala potensi yang dimiliki dan keputusan merupakan awal dari perjalanan karier luar biasa dari seorang Andrian Ishak.
Setelah decide untuk keluar dari industri musik, Andrian tidak sepenuhnya melepas kepiawaiannya bermusik. Seringkali ia menggabungkan musik favoritnya ke dalam hidangannya, untuk merepresentasikan seni teatrikal.
Karenanya, Adrian tetap tidak menyebut diri sebagai koki. Katanya,“Saya itu sebenarnya bukan seorang koki, melainkan seorang seniman. Saya mengembangkan kecintaan terhadap seni dan makanan yang menghantarkan saya mempelajari teknik molecular gastronomy. Perjalanan yang cukup panjang dan berlika-liku dalam menemukan apa yang menjadi passion saya, namun it’s worth it.”
Andrian mengaku keberhasilan dirinya menjadi seorang Chef molecular gastronomy berkat giat eksplorasi mengenal diri hingga menemukan passion sejatinya, yaitu mendorong batas inovasi kuliner dengan memadukan kesenian dengan ilmu sains.
15 tahun sudah dedikasi chef Andrian Ishak di ilmu kuliner molecular gastronomy, tak melelahkan dirinya, bahkan terus berkreasi menciptakan keajaiban dan pengalaman baru di dalam sebuah hidangan.
Maka ketika Andrian hadirkan 17 hidangan legendaris khas kota Bandung — Lotek, Mie Kocok Bang Dadeng, Perkedel Bondon, Kupat Tahu Gempol, Sate Kambing Hadori, juga menu Es Duren Kantin Sakinah X Es Alpukat Linggarjati — ala molecular gastronomy di Gedung Gas Negara, di kawasan gedung tua jalan Braga, beberapa waktu lalu, sungguh membuat lidah tak henti mencicipi.
Di acara itu sekaligus dihadirkan multi-sensory dining, yang untuk pertama kalinya mengeksplorasi, menggali, dan mendekonstruksi 17 hindangan legendaris khas kota Bandung, Adrian menyampaikan bahwa,”Passion adalah energi saya dalam menjalani pekerjaan, dan segala apa pun yang saya dapat banggakan sekarang, itu merupakan hasil dari decisions yang saya pilih.”
[]Annisa Syaini