Health

Pengobatan Limfoma Hodgkin, Dihadirkan Yayasan Kanker Indonesia- Takeda Indonesia.

Berkaitan dalam rangka peringatan Hari Kanker Dunia 2023, Yayasan Kanker Indonesia mengadakan diskusi media bertajuk “Limfoma Hodgkin: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif Untuk Limfoma Hodgkin”.

Acara yang diselenggarakan oleh PT Takeda Indonesia,  ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai Limfoma Hodgkin, sesuai dengan tema besar Hari Kanker Dunia “Closing the Gap in Cancer Care”. 

“Dalam rangka Hari Kanker Dunia 2023, ini Yayasan Kanker Indonesia menyampaikan pentingnya pemangku kepentingan dan masyarakat bergandeng tangan dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker, mengatasi kesenjangan perawatan kanker dan mendorong pencegahan kanker, termasuk pada kesempatan, ini kanker Limfoma Hodgkin,” ujar Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP, di acara edukasi media  tentang Limfoma Hodgkin, yang berlangsung pada hari Kamis, 23 Februari 2023.

Pada acara yang dipandu Pratiwi Astar dan dihadiri Andreas Gutknecht, General Manager PT. Takeda Indonesia,  dan menghadirkan pembicara DR. dr. Andhika Rahman, Sp. PD-HOM, RS. Cipto Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo menambahkan,“Melihat pentingnya kesadaran masyarakat akan beragam jenis kanker yang dapat mengintai siapa pun, Yayasan Kanker Indonesia mengapresiasi kolaborasi dengan PT Takeda Indonesia sehingga kita dapat lebih mengetahui tentang kanker Limfoma Hodgkin, faktor risiko, pencegahan dan modalitas perawatannya.”

Sementara itu, Andreas Gutknecht, General Manager PT. Takeda Indonesia mengatakan Hari Kanker Dunia yang setiap tahun diperingati, terus mengangkat isu penting terkait akses terhadap perawatan pasien kanker

“Takeda Indonesia dalam hal, ini berkomitmen untuk membuka akses dan menjalankan tujuan organisasi kami untuk menghadirkan obat-obatan inovatif yang dibutuhkan para pasien, salah satunya untuk Hodgkin Limfoma di mana terdapat populasi pasien yang memiliki keterbatasan untuk mendapatkan perawatan yang sesuai untuk kondisi mereka,” katanya.

1.188 kasus Limfoma Hodgkin di Indonesia

Limfoma Hodgkin adalah kanker pada sistem kelenjar getah bening,  yang merupakan kumpulan jaringan dan organ yang membantu tubuh menyerang infeksi dan penyakit. Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, terdapat 1.188 kasus Limfoma Hodgkin di Indonesia.

Dalam acara yang menghadirkan Bayu Dwito Praharso, Pejuang Limfoma Hodgkin, Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM, Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik, mengatakan, pada umumnya gejala yang muncul berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha, yang dapat disertai B symptoms (demam lebih dari 38o C, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot badan lebih dari 10% bobot badan selama 6 bulan), dan gejala lain seperti gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami intoleransi terhadap alkohol.

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), jenis pengobatan Limfoma Hodgkin di antaranya : kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi.

Sebanyak 20% pasien Hodgkin Limfoma yang sudah pernah mendapatkan pengobatan lini pertama masih memiliki kemungkinan kambuh. Para pasien kambuh, ini membutuhkan pengobatan lini kedua yang sesuai untuk kondisi mereka, akan tetapi akses terhadap obat-obatan inovatif yang mereka butuhkan masih terbatas, dan tingkat keterjangkauan juga masih rendah.

“Baru-baru ini pengobatan inovatif terapi target akan segera masuk ke dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional di mana akan lebih banyak pasien yang akan mendapatkan akses terhadap obat-obatan yang dibutuhkah, terutama untuk para pasien yang memiliki kekambuhan,” terang dr. Andika Rachman.

Dari sisi akses pengobatan, berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) Negara dengan pendapatan Nasional yang lebih rendah memiliki ketersediaan obat anti-kanker yang lebih rendah, termasuk terapi target. Hal ini menimbulkan perbedaan pada angka harapan hidup pasien kanker di berbagai Negara.

Berbagai strategi dapat diterapkan oleh pemangku kepentingan untuk meningkatkan akses terhadap obat kanker, salah satunya dengan menyediakan program bantuan pasien.

“Takeda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses terhadap pengobatan inovatif, salah satunya dengan membuka akses secara luas melalui program Jaminan Kesehatan Nasional dan juga Patient Assistance Program kami yaitu Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses),” tambah Andreas Gutknecht. 

Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses) merupakan program yang memudahkan pasien mendapatkan akses pengobatan inovatif bagi pasien yang memenuhi syarat medis dan finansial, sehingga mereka menyelesaikan program perawatan yang dibutuhkan, salah satunya adalah Hodgkin Lymphoma. Program ini telah diimplementasikan di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek YKI dan beberapa rumah sakit di Indonesia.

[]Andriza Hamzah

Photo : Dok. Emerson

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *