Lifestyle

FTI 2025 : Keindahan Teater, Lebih Dari Sebuah Tontonan

Festival Teater Indonesia 2025, pada edisi tahun perdananya, mengangkat tema ‘Sirkulasi Ilusi’ yang menyoroti pertemuan antara realitas dan representasi di tengah kehidupan kontemporer. Melalui tema tersebut, FTI berupaya memperluas sirkulasi gagasan, mempertemukan seniman lintas wilayah, serta memperkaya khazanah hubungan antara teks Sastra dan panggung pertunjukan.

Menawan tentu,  FTI menjadi ajang perayaan untuk Seni Teater dan pertemuan bagi para praktisi, pendukung, juga penonton Teater.

Dalam catatan kuratorial FTI, disebutkan sirkulasi merujuk pada bagaimana ide, wacana, dan karya Seni bergerak atau digerakkan, yakni melintasi ruang, waktu, medium, dan komunitas, sehingga membentuk pengalaman bersama dan pengetahuan baru. Kata “ilusi” ditambahkan sebagai strategi konseptual yang menciptakan lapisan makna untuk menata persepsi kritis atas hubungan antara panggung dan realitas sosial kontemporer.

Sebelumnya, ‘Panggilan Terbuka’ telah dilaksanakan semenjak 25 Agustus hingga 19 September 2025. Kegiatan ini berhasil menjaring 213 pendaftar dari 95 Kabupaten/Kota di 25 Provinsi se-Indonesia.

Pengumuman 16 kelompok/seniman terpilih dan 4 kelompok undangan disampaikan secara daring akhir September 2025. Mereka akan mementaskan naskah-naskah Teater adaptasi dari karya Sastra Indonesia.

“Prinsip dasar tim kurator dalam memilih penampil Festival Teater Indonesia adalah, pertama, apa tawaran konseptual karya secara estetika mau pun pilihan karya Sastra yang diadaptasi. Kedua, kesesuaian kontekstual antara gagasan dengan realitas di Kota penyelenggara. Dan terakhir, keadilan representasi, yaitu kami memastikan kesetaraan akses kewilayahan dan generasi,” jelas Sahlan Mujtaba, Direktur Artistik Festival Teater Indonesia, Dosen dan Sutradara Teater yang juga menjabat Sekretaris Umum Penastri.

Tambahnya,”Keberagaman karya juga sangat penting, misalkan dalam gaya, medium, eksperimental, dan lainnya, sehingga penonton menyaksikan spektrum bentuk pertunjukan yang luas.

Sahlan Mujtaba dan Tamimi Rujita

Pendanaan Produksi dan Pendampingan Kurator Festival

Kelompok-kelompok Teater terpilih, mendapatkan pendanaan produksi serta pendampingan dari kurator festival. Pendampingan selama persiapan dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana proses teater dijalani, bagaimana strategi menyiasat keterbatasan waktu, anggaran, dan sumber daya manusia yang ada.

“Tugas kami para kurator adalah memastikan kesiapan seniman agar dapat mementaskan karya terbaiknya di panggung Festival Teater Indonesia. Memang ada tantangan selama pendampingan, tetapi setiap kurator telah terlebih dahulu mempelajari latar belakang dan kecenderungan praktik berkarya si seniman. Dengan demikian, pendekatan kurator jadi lebih humanis dan kekeluargaan. Intinya menjadi pendengar yang baik dan teman ngobrol yang asyik,” ungkap Tya Setyawati, kurator Festival Teater Indonesia, yang berdomisili dan aktif berkesenian di Padang Panjang, Sumatera Barat.

Panitia FTI di Jakarta juga menyiapkan berbagai program sayap, yaitu bincang karya, lokakarya, diskusi, simposium, jelajah panggung, dan Teras FTI yang menjadi wadah bagi komunitas dan UMKM setempat. Ragam program ini dirancang untuk membuka akses bagi masyarakat umum agar dapat melihat teater bukan hanya yang tampak di atas panggung, tetapi juga sebagai perjalanan kreatif yang melibatkan refleksi, dialog, dan pertukaran gagasan.

Seluruh rangkaian kegiatan Festival Teater Indonesia akan dicatat oleh penulis/pengamat yang ditunjuk. Hasil pencatatan atau program arsip ini akan diterbitkan menjadi buku digital untuk disebarluaskan nantinya. “Di banyak daerah, termasuk Jakarta, ekosistem Teater sebenarnya kaya, tetapi sering kurang terdokumentasi. Oleh sebab itu, program arsip FTI menjadi penting untuk merawat jejak sejarah lokal agar tidak hilang dan tetap bisa menjadi sumber pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Tradisi menulis tentang teater akan membantu ekosistem teater terus tumbuh dalam jangka panjang kembali,” ucap Sahlan  Mujtaba, Direktur Artistik Festival Teater Indonesia.

Festival Teater Indonesia juga menjadi kesempatan untuk memberikan Penghargaan Atas Pengabdian Seumur Hidup kepada insan-insan seniman yang sudah berkontribusi besar bagi dunia seni pertunjukan, terutama yang dikenal melalui aktivitas seni dan kontribusinya di kota masing-masing.

Dalam proses pemilihan penerima penghargaan tersebut, jejaring komunitas teater lokal diminta untuk mengusulkan sejumlah nama tokoh yang memiliki peran dalam perkembangan teater di kota tersebut serta yang konsisten berkarya lebih dari 25 tahun.

Setiap calon dikaji rekam jejak artistik, kontribusi sosial-budaya, dokumentasi karya, dampak jangka panjang, serta relasinya dengan komunitas teater lokal.

“Secara pribadi, saya menaruh hormat yang begitu tinggi kepada individu yang mau menyerahkan hidup dan dedikasinya bagi seni pertunjukan. Menghidupi dan hidup dari kesenian itu bukan hanya membutuhkan stamina yang panjang, tapi juga integritas dan kesetiaan pada profesi. Penerima Penghargaan Atas Pengabdian Seumur Hidup dari FTI adalah orang-orang yang sangat menginspirasi dan memberikan kita keyakinan bahwa seni betul-betul bisa menghidupi. Perjuangan para seniman ini layak untuk diberikan penghormatan,” ujar Happy Salma, Penggaga Festival Teater Indonesia.

Para kurator FTI berharap terwujudnya pertemuan raya Teater Nasional yang benar-benar hidup — sebuah ruang di mana seniman, komunitas, dan publik dari berbagai kota dapat saling melihat, mendengar, dan belajar satu sama lain. Diharapkan juga FTI dapat memperkuat jejaring antar-komunitas Teater, membuka kemungkinan kolaborasi baru, dan memunculkan percakapan lebih luas mengenai arah perkembangan teater Indonesia.

“Saya pribadi berharap Festival Teater Indonesia menjadi ajang pertemuan yang penuh makna dan membuka peluang kolaborasi yang lebih luas. Dari pertemuan-pertemuan ini diharapkan akan terjadi pula pertukaran pengetahuan dan berbagi pengalaman, sehingga warna setiap wilayah dapat hadir untuk memperindah peta ekosistem teater Tanah Air Indonesia,” ujar Pradetya Novitri, Direktur Festival Teater Indonesia 2025.

“Dengan adanya pertemuan ini, aneka macam lintas yang menjadi satu kesatuan memberikan pengharapan yang luar biasa bagi kami, juga bagi saya. Di antara hal-hal yang tidak pasti di depan sana, ada sesuatu hal yang masih bisa kita pegang, yaitu harapan kepada daya hidup, daya cipta kita sebagai manusia yang memuliakan panca

inderanya, dan juga memuliakan seni di dalam kehidupan,” ujar Happy Salma.

“Saya ingin mengajak kita semua untuk merayakan festival ini dengan penuh sukacita dan keterbukaan hati. Mari melihat Teater bukan sekadar tontonan, tetapi ruang belajar, ruang empati, ruang penyembuhan, dan ruang percakapan Nasional. Semoga Festival Teater Indonesia menjadi pengalaman yang membekas, memperluas imajinasi, dan menguatkan ekosistem Teater di seluruh Indonesia,” pungkas  Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.

[]Andriza Hamzah & Anissa Syaini

Photo. Dok. FTI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *