Jakarta, 15 Februari 2018 – Memperingati Hari Kanker Anak Internasional yang jatuh pada 15 Februari, Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA) ingin meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya deteksi dini untuk memerangi kanker pada anak-anak.
Komite Penanggulanan Kanker Nasional menyatakan bahwa kanker membunuh lebih banyak dari AIDS, malaria dan TBC. Tingkat kematiannya bahkan setara dengan gabungan ketiga penyakit tersebut. Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas) oleh Kementerian Kesehatan menemukan prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,4 ‰ atau diperkirakan sekitar 347.792 kasus.
“Kanker pada orang dewasa bisa dikaitkan dengan gaya hidup tidak sehat seperti merokok atau kurang berolahraga. Ini adalah faktor yang dapat dicegah. Namun, gaya hidup bukanlah faktor pemicu kanker pada anak, sehingga jauh lebih sulit dicegah,” kata ahli onkologi dari Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi, Prof. Dr. dr. Moeslichan SpA (K). “Inilah pentingnya deteksi, karena kanker pada anak sulit dicegah, bahkan gejalanya tak mudah dikenali. Orangtua harus sadar bahwa mereka memiliki peran penting dalam deteksi dini secara berkala.”
Data dari Kementerian Kesehatan menemukan bahwa prevalensi kanker pada anak-anak adalah 2% dari semua kejadian kanker, namun merupakan penyebab kematian kedua pada anak-anak berusia antara 5-14 tahun. Sementara itu, Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAI) menemukan bahwa prevalensi anak-anak dengan kanker meningkat 7% setiap tahunnya. Leukemia adalah kanker yang paling umum pada anak-anak, diikuti oleh retinoblastoma, osteosarcoma, neuroblastoma, dan maligna limfoma. Kementerian Kesehatan, melalui Direktorat Pengawasan dan Pengendalian Penyakit Non-Komunal telah mensosialisasikan dan mendidik tentang deteksi dini melalui ruang publik dan ruang pendidikan seperti anak-anak prasekolah dan taman kanak-kanak, serta fasilitas kesehatan masyarakat dan bidan.
“Penting bagi orangtua untuk tahu apa yang harus diperhatikan, dengan sering-sering memeriksa keadaan seluruh tubuh anak, misalnya apakah ada benjolan. Ini bisa dilakukan dengan meraba saat memandikan anak. Hati-hati apabila anak sering panas dan pucat, ada bintik-bintik pada kulit ataupun pendarahan pada kulit. Waspadai juga nyeri tulang, anak-anak belum bisa mengkomunikasikan sakit ini, sehingga dapat dipantau dari berkurangnya aktivitas fisik dari yang biasa mereka lakukan. Bila ada satu atau lebih dari gejala ini muncul, maka segera tes darah dan telusuri lebih detail dan lengkap dari hasil test darah tersebut,” Prof. Dr. Moeslichan menjelaskan.
“Orangtua yang anaknya menderita kanker harus mencari informasi akurat dan detail dari dokter yang mendampingi anak. Terbukalah dalam mengungkapkan kegalauan dan mendiskusikannya dengan dokter sehingga mendapat pengarahan dan pemahaman lebih mendalam. Kemudian, jalani pengobatan atau terapi yang disarankan dokter pendamping dengan tertib,” imbuh Prof. Dr. Moeslichan.
Philips sendiri juga menyediakan berbagai solusi teknologi untuk membantu penanganan kanker. “Solusi radiologi dan radiologi onkologi kami bertujuan untuk membantu tenaga medis profesional membuat diagnosa yang meyakinkan serta merencanakan terapi pribadi untuk memastikan perawatan yang efisien,” komentar Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo. Selain menghadirkan solusi teknologi, Philips juga merancang Ambient Experience di rumah sakit Noahs Ark Children Hospital di Amerika Serikat yang mencakup pencahayaan dinamis, proyeksi dan suara yang membantu pasien rileks. Ini sangat membantu pasien muda, terutama anak-anak untuk merasa lebih nyaman, mengurangi rasa khawatir dan takut.
“Sebagai perusahaan teknologi kesehatan, kami sangat sadar akan sulitnya memerangi penyakit kanker. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kehidupan masyarakat dengan menghadirkan solusi teknologi serta berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat dan deteksi dini,” ujar Suryo Suwignjo.
Redaksi Stylish One