Melaka adalah salah satu tempat tujuan wisata di kawasan Asia yang menapak menuju perekmbangan. Namun tetap menjaga peninggalan berupa bangunan kuno bersejarah yang menggumkan. Kian menyenangkan lagi di sana, masyarakatnya yang ramah tamah.
Melaka, 8 April 2018 – Menara Petronas dan Genting Highland yang marak dengan tebaran sejumlah tempat hiburan, Malaysia ternyata masih menyimpan sejumlah tempat menarik yang patut disambangi.
Salah satunya, melancong ke Melaka.
Merupakan kota tua, namun Melaka masih sangat terpelihara dan bersih. Lebih dari itu, kawasan ini terkenal dengan sarana pendidikan yang sistemnya sangat maju. Begitu juga dengan sarana kesehatan, rumah sakit di Melaka, modern ditunjang fasilitas yang prima.
Melihat sejarah Melaka, terbilang panjang. Adalah kota pelabuhan yang pernah dikuasai oleh bangsa Portugis, yaitu ketika Alfonso D’ Albuquereque menaklukkannya pada tahun 1511. Untuk kemudian berganti Belanda dan Inggris, menguasai.
Malaka juga tidak bisa dipisahkan dari sejarah Melayu Riau, yang konon ceritanya Hangtuah Laksamana dari tanah Riau pernah tinggal lama di sana.
Panjangnya sejarah Melaka, bisa terlihat dari peninggalan bangunan-bangunan tua peninggalan, yang dibangun oleh kepedudukan bangsa Portugis di tahun 1521, dan masih berdiri dengan kokohnya seperti Crhist Church.
Gereja tetua di Melaka, ini berganti nama menjadi gereja St Paul, setelah diambil-alih Belanda.
Kian menarik saja, tidak jauh dari Christ Church berdiri The Stadthuys atau Victoria Fountain yang dulunya dijadikan pusat pemerintahan Belanda di Melaka.
Bangunan yang berdiri sejak tahun 1650, ini diyakini sebagai bangunan pertama yg dibuat Belanda di Melaka, setelah mengambil alih Melaka dari portugis tahun 1641 sampai abad 18. Tempat berwarna asli putih itu masih menjadi kediaman Gubernur Belanda. Namun setelah itu, cat putih pada bangunan berganti menjadi merah di tahun 1820, untuk kemudian bangunan itu tersohor sebagai Bangunan Merah.
Masih di sekitar Christ Church dan The Standhuy, tepat di depannya, terdapat sebuah taman cantik yg di tengah ya berdiri sebuah bangunan tua “Clock Tower”. Sementara itu, kini The Standhuys difungsikan sebagai museum bersejarah dan etnografi yang didalam nya tersimpan berbagai macam koleksi artefak kuno di sekitar bangunan merah ini.
Semakin marak saja, dengan dipenuhi berbagai penjual suvenir, dan adanya becak yang didandani meriah dengan warna-warni yang menyolok, diperuntukkan bagi para pelancong dan turis.
Dari The Stadhuys beranjak ke Porta de Santiago yang memiliki nilai historis tinggi. Bangunannya yang sudah tampak tua — di bangun oleh Portugis pada tahun 1512 – merupakan benteng pertahanan. Maka tidak mengherankan , sepanjang 130 tahun, tidak ada musuh yang bisa menembus tembok benteng itu.
Di depan gedung proklamasi yang berdiri megah, tertancap bendera bagian wilayah yang ada di Malaysia.
Bangsa Inggris sempat berusaha menghancurkan benteng ini, tapi berkat campur tangan Sir Stamford Raffles, sisa-sisa bangunan ini terselamatkan pada tahun 1808 dan terkenal dengan nama, Benteng Portugis A Formusa.
Melanjutkan perjalanan, naik ke bukit ke arah berlawanan dengan menaiki anak tangga yang jumlahnya cukup banyak, menuju puncak, di sanalah adanya bukit Melaka.
Di bukit Melaka, berhamparan sisa-sisa bangunan gereja ST Paul yang didirikan tahun 1521 oleh seorang kapten Portugis dan di tempat itu di bangun kapel Bunda Maria yg disebut ‘Our Lady of The Hill’.
Dari sana, setelah puas melihat objek sejarah yang begitu menawannya, berlanjut ke arah kawasan Jonker Walk. Tepatnya terletak di sepanjang Jalang Hang Jebat, Jokker Walk merupakan surganya barang-barang antik, di antaranya radio kuno, alat musik kuno seperti terompet, pianika, biola dan masih banyak lagi.
Mengenai harganya tentunya sebanding dengan nilai sejarahnya. Semakin tua benda itu maka semakin mahal harganya.
Tapi, tapi paling utama bersegeralah rancang perjalanan destinasi ke Melaka, bersama pasangan agar lebih bersensasi, atau teman.
Ita Juwita
Bahan dan Foto: Dok. Pribadi