Sebuah kompetisi EU Socoal DigiThon, untuk tujuan ingin menciptakan kaitan antara informasi digital, teknologi, serta solusi
terhadap masalah sosial dan hak asasi manusia yang muncul akibat pandemi COVID-19, diselenggarakan oleh Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, bekerja sama
dengan Asosiasi IoT (Internet
of Things) Indonesia (ASIOTI), menyaring dan empat Pemenang terpilih.
Menarik dari kompetisi bertema “Aksi Muda untuk Perubahan”, yang
dibuka dan ditujukan serta menyerap kaum muda, di tahun, ini memilih empat Pemenang. Kiranya hal itu terjadi dari melihat kualitas yang sama
unggulnya dari dua tim yang bersaing untuk posisi ketiga.
Ada pun kriteria yang digunakan Dewan Juri yang terdiri atas empat
orang, yakni Andy Yentriyani,
Komisioner Komnas Perempuan; Fita Indah
Maulani, Sekretaris Jenderal ASIOTI; Saiti
Gusrini, Manajer Program Hak Asasi Manusia/ Demokrasi pada Delegasi Uni
Eropa untuk Indonesia; dan Marco Bonetti,
Political Officer Delegasi Uni Eropa
untuk Indonesia, adalah manfaat sosial ekonomi, orisinalitas ide, tingkat
kreativitas, dan dampak yang diharapkan.
Berikut Profil keempat Pemenang kompetisi EU Social DigiThon :
Pemenang 1 : Tim
DukaEuy
Pimpinan : Muhammad Sulthan Mazaya
Nama Proyek : “Gelang Anti Kekerasan”
Kategori Topik : Solusi untuk Perempuan dan
Anak-Anak Perempuan
Adalah tiga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung : Sulthan, Michael dan Daniel. Menciptakan aplikasi
mobile GAK (Gelang
Anti-Kekerasan) yang terhubung dengan perangkat IoT, dilatar-belakangi tingginya angka kekerasan terhadap perempuan. Aplikasi ini mencakup semua protokol
keselamatan darurat, termasuk modul pengeras suara eksternal yang memiliki dua
tombol yaitu untuk mengirim pesan darurat kepada semua kontak yang dimiliki,
dan membunyikan sirine dengan volume
yang sesuai dengan potensial kekerasan yang dihadapi. Tombol ini juga dapat
merekam suara sehingga rekaman tersebut dapat digunakan sebagai bukti tindak
kekerasan saat pelaporan. Melalui aplikasi ini, pihak berwenang akan
mendapatkan bukti atas tindak kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan.
Pemenang 2 : Tim UntukIbu
Pimpin Jones Napoleon Autumn
Nama Proyek : “Untuk Ibu: Pusat Kesehatan dan
Jurnal Pendamping Kehamilan Wanita Indonesia”
Kategori Topik : Solusi untuk Perempuan dan
Anak-Anak Perempuan
Adalah Jones Napoleon Autumn, Mahasiswa jurusan
Informatika yang juga berprofesi sebagai software engineer, dan
Zefania Praventia Sutrisno, mahasiswa teknik kimia yang terlibat dan memimpin
berbagai proyek – termasuk yang memberdayakan pekerja perempuan. Berangkat dari
rasa keprihatinan terhadap banyaknya kelompok masyarakat yang menjadi lebih
rentan akibat pandemi, khususnya kaum
perempuan. mereka menciptakan UntukIbu. Sebuah aplikasi pusat kesehatan dan
jurnal pendamping perjalanan kehamilan untuk perempuan. Aplikasi ini hadir
untuk menyampaikan informasi dan memudahkan seluk beluk prosedur melahirkan di
tengah pandemi. Fitur UntukIbu
meliputi pencarian rumah sakit dengan data fasilitas secara real time,
jurnal kehamilan, informasi bidan dan layanan uji swab/ kesehatan,
integrasi informasi BPJS.
Pemenang 3 : Tim Yudhis Thiro Kabul Yunior dan Fattaa Septian Dwi Cahyo
Pemimpin : Yudhis Thiro Kabul Yunior
Nama Proyek : “DTRON Smart Chair”
Kategori Topik : Solusi untuk Penyandang
Disabilitas
Terdiri atas
dua anggota yaitu Yudhis Thiro Kabul Yunior dan Fattaa Septian Dwi Cahyo.
Mereka menambah kemampuan kursi roda bagi para penyandang disabiiltas yang diberi nama Dtron Smart Chair. Kursi roda
yang dilengkapi Voice Recognition System, Eye Navigation System
& Sistem Kontrol Manual, menggunakan Smartphone Android dengan
konsep Integrated Artificial Intelligence. Dengan sistem ini, pengguna
dapat lebih leluasa beraktivitas menggunakan kursi rodanya. Tidak hanya itu,
sistem ini juga memungkinkan pengguna untuk mendapatkan informasi seputar
perkembangan Covid-19.
Pemenang 3 : Ti
: Solutioner
Nama Pemimpin Tim: Alfan Adi Chandra
Nama Proyek: “Aplikasi E-Learning untuk
Penyandang Disabilitas, Sensorik Berbasis Artificial Intelligence“
Kategori Topik : Solusi untuk Penyandang
Disabilitas
Tiga mahasiswa Software Engineering Institut
Teknologi Telkom Purwokerto yaitu Vincent Nathaniel, Rifqi Akmal Saputra dan
Alfan Adi Chandra. Berangkat dari rasa keprihatinan terhadap penyandang disabilitas yang mengalami kesulitan
dalam pembelajaran daring, mereka
hadirkan aplikasi E-learning berbasis Artificial Intelligence
(AI) untuk membantu para penyandang disabilitas
sensorik yakni disabilitas netra,
disabilitas rungu, dan disabilitas
wicara dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring. Hal ini dimungkinan karena
teknologi ini mampu mengonversi bahasa isyarat menjadi teks untuk sarana
komunikasi dengan pengajar, menghasilkan output berupa suara
untuk memandu tuna netra sehingga memudahkan penyandang tuna netra dalam
mengakses tugas maupun materi e-learning.
[]Andriza Hamzah
Photo : Ist