Goodlife

Ketika Wanita Didera Rasa Cemas

Banyak pria tak menyadari bahwa sikap dan tindakan yang dianggap biasa, sebenarnya, bisa mengakibatkan rasa cemas wanita pasangannya.  Pada kenyataannya, kecemasan wanita bisa  memengaruhi kualitas aktivitas seksual.

Dalam proses bersatunya dua manusia dalam ikatan pernikahan, tidak bisa dikesampingkan, terkadang mengalamani rasa cemas.

Apalagi,  pola orang moderen, di mana pria  mau pun wanita pasangannya  mengejar karier dan tidak mampu membagi waktu secara baik, yang tak pelak bisa menyeret hubungan suami isteri menjadi bermasalah.

Terlebih bagi isteri yang tidak berkegiatan di luar rumah, ketika irama suami sudah terlalu cepat dan sering membawa masalah ke rumah, jelas bisa menimbulkan tekanan tersendiri.

Stres yang mendera wanita, akibat  tertekan perasaan, entah sebab sikap suami, pekerjaan yang berat,   kelelahan, masalah rumah tangga dan juga penyakit, bila  tidak dapat dikendalikan  maka yang akan terjadi  adalah rasa cemas. Dan kecemasan berkepanjangan yang mendera pada  wanita,  akan berakibat tak hanya pada jiwanya, tetapi juga   juga derita fisik, yang membahayakan.

Rasa cemas, menurut dokter dan penulis berbagai artikel kesehatan, Dr. Handrawan Nadesul,  sebenarnya merupakan situasi ketakutan yang tak tahu apa yang ditakuti. Artinya, tidak jelas apa obyeknya. Ketika takut itu jelas   obyeknya, seperti takut hamil, itu tidak dapat dikategorikan mengalami kecemasan. Perasaan itu lebih pada rasa takut karena obyeknya jelas yaitu takut hamil.

Kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, tertekan dan tidak sebagaimana seharusnya, bisa saja memengaruhi kualitas hubungan intim itu sendiri. Misalnya, sangat mungkin, karena dalam kondisi tak berkeinginan, hubungan suami isteri benar-benar tak terjadi, sehingga menimbulkan kekecewaan pihak pria. Atau, kalau pun hubungan itu berlangsung, karena wanita dalam keadaan tertekan jiwanya, maka hasilnya tidak maksimal. Padahal, hubungan yang baik adalah ketika kedua belah pihak dalam keadaan yang saling membutuhkan, penuh rasa cinta dan menikmatinya.

Pria Menjadi Sebab ?

Menurut Dr. Handrawan Nadesul, tak sepenuhnya wanita bisa disalahkan kenapa mengalami rasa cemas. Cukup banyak faktor penyebab yang menggoyahkan emosi kaum hawa yang secara kodrati memang lebih labil. Kegagalan aktivitas (pekerjaan atau kegiatan lain), problem sosial (dan lingkungan), masalah anak dan rumah tangga akan mudah memengaruhi kondisi psikis yang di antaranya adalah rasa cemas, takut, gelisah dan tertekan. Namun, yang perlu diketahui, tekanan itu menjadi lebih berat ketika datang dari pria pasangannya.

Dalam banyak kasus, pria bisa menjadi penyebab timbulnya kecemasan wanita pasangannya, setidaknya ia sangat berperan dalam menciptakan rasa cemas, memberi tekanan lebih besar, tapi juga berperan dalam mengurangi dan mengilangkan rasa cemas tersebut.

Persoalannya, apakah kaum pria menyadari bahwa sesungguhnya ia adalah ‘personal enemy‘ bagi wanita pasangannya?  Pasalnya, banyak pria yang tidak menyadari bahwa tindakan dan sikap yang cenderung menekan dan dianggap normal dan biasa sebenarnya dapat menyebabkan rasa cemas jika berakumulasi terus menerus.

10 Sikap Pria Membuat Cemas Waniat Pasangan

Inilah 10 sikap dan tindakan pria yang membuat wanita pasangannya tertekan dan rasa cemas:

1. Berpikir Negatif

Meskipun wanita dianggap mahkluk pecemburu, tapi ada sejumlah pria yang  berpikir negatif dan cenderung posesif pada pasangan wanitanya. Dengan melontarkan tuduhan   tak beralasan ketika isteri menjalin relasi dengan orang lain. Padahal, siapa pun dia,  perlu sosialisasi untuk menunjukkan jati diri.

2.  Bersikap Otoriter

Pria  yang bersikap keras dan otoriter bukan hanya tak disukai wanita, tapi juga memberi tekanan jiwa. Isteri merasa dijajah. Termasuk menyepelekan peran isteri dan tak banyak melibatkan dalam mempertimbangkan sebuah masalah yang akan diputuskan. Sikap ini bisa meniadakan keberadaan wanita, sehingga membuat wanita tersebut tidak percaya diri, bimbang dan ragu-ragu.

3.  Meragukan Kemampuan

Mengambil alih pekerjaan yang sedang dilakukan isteri atau pasangan sembari disertai ucapan: ”Tinggalkan saja  pekerjaan itu. Kamu tidak akan bisa!”  Kalimat tersebut bukan hanya meragukan kemampuan pasangan, tapi juga   menyinggung perasaan. Isteri merasa disepelekan, dianggap lemah dan tidak bisa mandiri.

4.  Mengutamakan Menu Seks

Pria berpikir,  wanita sama dengannya yang kapan saja bisa bercinta. Fokus bagi pria adalah  pelayanan isteri yang paling dia harapkan optimal adalah seks. Suami menuntut istri harus siap setiap saat tanpa mengindahkan kesiapan istri termasuk di dalamnya,  puas atau tidak. Tak banyak pria yang mengerti bahwa adanya problema yang sedang dihadapi  wanita,  sangat  mempengaruhi siklus seksualnya.

5.  Melecehkan Fisik

Perubahan fisik menjadi kian gemuk atau semakin kurus, seringkali dijadikan   bahan ejekan,  yang  diterima isteri sebagai pelecehan fisik. Kritik dan bahan gurauan secara terus menerus akan menimbulkan kecemasan. Apalagi kalau pria tak memberi kesempatan kompromi dengan upaya istri untuk membenahi fisiknya supaya lebih menawan.

6.  Suasana Tegang

Bagi wanita, hubungan intim yang mencapai orgasme  akan membuat kenangan indah. Suasana yang tak tenang, kurang nyaman dan tidak dapat optimal mengekspresikan diri dalam bercinta, akan membuat suatu ketegangan tersendiri.   Celakanya adalah jika pria tak mempedulikannya.

7. Tak Kunjung Usai

Sekalipun bagi wanita intercourse bukan segala-galanya dan tak selamanya penetrasi efektif, namun keunikan dari wanita adalah punya potensi yang sama dengan pria untuk mengalami multiorgasme. Namun, orgasme berulang bukanlah kebutuhan utama para wanita, bahkan banyak wanita yang tidak menyukainya karena justru membuat sakit dan tersiksa. Bagi wanita seperti ini, persepsi bahwa hubungan intim harus berlangsung selama mungkin adalah siksaaan. Ia merasa cemas pada pasangan yang tak kunjung usai, sehingga tak bisa menikmati lagi.

Boks

Rasa Cemas Wanita Sirna Bila Pria :

  1. Sabar dan mampu  sebagai pendengar sekalipun sedang tak sependapat
  2. Menerima kritik yang konstruktif
  3. Pola hidup yang normal di mana kerja itu di kantor, dan sesampai di rumah untuk istirahat dan untuk keluarga
  4. Hentikanlah setiap kali menyadari pikiran cenderung negatif
  5. Menanyakan pada isteri untuk membuat sebuah keputusan penting
  6. Selalu mendampingi isteri, baik di saat dia kesulitan dan  lebih lagi ketika senang
  7. Menyentuh, memeluk, mendengarkan dan mendukung serta membuat rasa aman, tenang dan damai.

[]Andriza Hamzah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *