Sesuai tren, wisatawan kelas atas kini lebih memilih petualangan aktif dibanding aktivitas eksklusif seperti spa atau belanja barang mahal. Menurut data, dengan keluarga berpenghasilan lebih dari $150,000 per tahun, maka hal ini menyumbang 36% dari pengeluaran wisata global. Pergeseran ini menunjukkan pentingnya pengalaman yang otentik dan personal dalam setiap perjalanan. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Golden […]
Bersentuhan. Tepatnya dalam rangka Bulan Kesadaran Kanker Perut atau Kanker Lambung yang diperingati setiap bulan November, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) — organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker — menyelenggarakan diskusi tentang kanker perut dan nutrisi sehat untuk pencegahannya.
Tentu, dari diskusi yang diselenggarakan YKI, berlangsung di Aula Masjid At-Taqwa Sriwijaya, Jalan Jenggala, Jakarta Selatan, Rabu, 20 November 2024, bertajuk “Waspada Kanker Perut: Hidup Sehat Melawan Kanker”, dihadiri sekitar 300 peserta dari berbagai komunitas, menekankan pentingnya mengonsumsi makanan sehat sebagai benteng pencegahan kanker lambung.
Ajang edukatif tentang kanker perut dan nutrisi sehat untuk pencegahan kanker ini didukung oleh program “Dedikasi Untuk Negeri” dari Bank Indonesia, sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat yang akan memengaruhi daya saing dan produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Untuk diketahui, kasus baru kanker lambung di Indonesia, menurut Global Observatory on Cancer (GLOBOCAN) tahun 2022, terdapat 3.852 kasus baru kanker lambung dengan sebanyak 3.852 jumlah kematian. Tingginya jumlah kasus dan kematian menandakan pentingnya pengendalian faktor risiko kanker lambung sebagai upaya pencegahan, khususnya melalui asupan makanan yang dikonsumsi.
Kanker Perut atau Kanker Lambung, Ketua Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia, dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp.KFR (K), berdamping Humas YKI, dr. Pratiwi Astar, pada acara dengan Moderator Ririn Listiani dari MT An Nur, mengatakan, “Jarang dibicarakan masyarakat, padahal jumlah kasusnya cukup tinggi. Maka Yayasan Kanker Indonesia mengapresiasi Bank Indonesia atas dukungannya, sehingga edukasi masyarakat tentang kanker perut dapat terlaksana. Kami mengajak masyarakat dapat menindaklanjuti pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat untuk membentengi diri dan keluarga dari potensi kanker lambung.”
Acara diskusi menawan yang hadirkan dr. Anna Mira Lubis, SpPD, KHOM, sebagai narasumber, menyampaikan, “Kanker perut atau kanker lambung adalah pertumbuhan dan pembelahan sel-sel yang tidak normal di perut. Biasanya dimulai dengan perubahan prakanker pada lapisan dalam perut, namun jarang ada gejala apa pun, sehingga sering kali tidak terdeteksi.”
dr. Anna Mira menjelaskan, “Karena perut memiliki lima bagian, gejala atau pengobatan apa pun akan bergantung pada bagian perut tempat kanker muncul. Gejala, pengobatan, dan gambarannya berbeda dengan kanker perut lainnya seperti kanker usus besar, kanker hati, kanker pankreas, atau kanker usus kecil.”
Pilihan Bahan Makanan Pencegah Kanker
Sebagian besar diagnosis tidak terjadi sampai kankernya berukuran besar atau telah menyebar ke bagian tubuh lain. Kanker perut stadium awal jarang menimbulkan gejala. “Namun, perlu memerhatikan jika sering sakit perut, terdapat darah pada tinja, merasa kenyang setelah makan kecil, nafsu makan berkurang, bengkak di perut, penurunan berat badan yang tidak diinginkan, muntah, sering letih dan kulit menguning,” jelas dr. Anna Mira.
Risiko seseorang terkena kanker perut bergantung pada beberapa keadaan. Memiliki satu atau lebih faktor risiko tersebut tidak berarti akan terkena kanker perut. Menurut National Cancer Institute, penyebab dan risikonya antara lain riwayat keluarga, mengonsumsi makanan dengan sedikit buah-buahan dan sayuran atau banyak makanan asin, diasap, atau makanan yang tidak diawetkan dengan baik, merokok, alkohol, paparan lingkungan dan pekerjaan, infeksi H. Pylori, kondisi medis lainnya.
Pilihan perawatan kanker perut bergantung pada lokasi kanker di dalam perut dan stadiumnya. Dokter akan memeriksa kesehatan secara keseluruhan dan preferensi pasien saat membuat rencana perawatan. Perawatan kanker perut meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, terapi bertarget, imunoterapi dan perawatan paliatif.
Dalam diskusi berjudul “Makanan Sehat Sebagai Benteng Pencegahan Kanker Lambung”, Dr.dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK(K) mengatakan, “Pentingnya mengonsumsi makanan sehat, yaitu makanan yang memiliki komponen nutrisi lengkap dan memberikan manfaat optimal bagi kesehatan, antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.”
“Prinsip gizi seimbang adalah setiap kali konsumsi makanan mengacu dengan 5 kelompok pangan yaitu makanan pokok 2/6, lauk pauk 1/6, sayur 2/6 dan buah-buahan 1/6, dan air putih,” ujar dr. Nurul Ratna.
Lebih jauh Dr. Nurul Ratna menjelaskan bahwa bahan makanan yang dapat mencegah kanker adalah jenis likopen, termasuk golongan antioksidan kuat yakni buah atau sayuran berwarna merah, oranye dan kuning; sedangkan jenis karoten mengandung antioksida, pro-vitamin A utama dan terkandung di buah-buahan berwarna oranye, kuning dan sayuran hijau.
Selain itu, makanan yang mengandung Vitamin C dapat menangkal radikal bebas dan merupakan antioksidan alami dan tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, seperti jambu biji merah, brokoli, papaya, kiwi, kembang kol. Vitamin D juga memiliki sifat anti kanker, di mana penyandang kanker dengan kadar Vitamin D tinggi di darahnya memiliki kesintasan tinggi. Sumber Vitamin D diantaranya adalah sinar matahari, susu, keju, mentega, ikan laut.
Pemrosesan lauk pauk juga dapat memengaruhi sehat tidaknya makanan. Dr. Nurul Ratna menyarankan untuk mengurangi makanan berminyak atau tinggi lemak dengan cara tidak menggoreng makanan, digantikan dengan cara memanggang, merebus matang, menumis dengan minyak yang sangat sedikit, mengukus, menggunakan bumbu dan rempah-rempah.
Asupan gula, garam dan lemak yang terkandung di dalam makanan juga merupakan faktor risiko penyakit tidak menular. Dr. Nurul Ratna menyarankan asupan gula maksimal 4 sendok makan sehari, garam maksimal 1 sendok teh sehari, lemak maksimal 5 sendok teh sehari.
Faktor risiko yang dapat dicegah dari makanan adalah menghindari makanan yang diproses atau diawetkan, zat tambahan makanan (pemanis, perasa, pewarna, penyedap), protein budi daya, dan tembakau.
Dr. Nurul Ratna menekankan pentingnya pola makan sehat dan olahraga. “Perbanyak konsumsi serat, serta makanan rendah lemak, konsumsi ikan dan unggas, serta batasi daging merah dan hindari daging olahan sebagai manfaat pencegahan terhadap kanker payudara dan saluran cerna (usus besar)”.
“Hindari makanan yang diawetkan atau dibakar, diasinkan, dan diasap untuk mencegah kanker saluran cerna, kanker kepala dan leher. Menghindari alkohol akan bermanfaat terhadap Kesehatan kanker saluran cerna dan hati. Dan jangan lupa olahraga 5 kali per minggu masing-masing berdurasi 30 menit untuk menghindari kanker payudara, prostat, ginjal dan saluran cerna,” jelas dr. Nurul Ratna.
Perihal daging merah dan guna mencegah kanker, Dr. Nurul merekomendasikan untuk mengonsumsi daging merah tidak lebih dari 3 porsi atau 350-500 gram (berat matang) per minggu, dan hindari daging olahan.
Dalam paparan Dr. Nurul Ratna, disebutkan hasil penelitian Beijing Hospital menemukan bahwa konsumsi ikan rendah lemak berhubungan terbalik dengan risiko kanker.
Konsumsi protein kedelai yang dapat diperoleh di tempe, tahu, susu bermanfaat untuk menurunkan risiko kanker paru dan kanker prostat. “Satu gram tempe mengandung 3.5 isoflavones. 10 mg/hari soy isoflavones menurunkan risiko paru-paru 6%; dan 25 mg/hari asupan soy dapat menurunkan risiko kanker prostat sebanyak 6% dan kanker usus sebanyak 8 %,” jelas Dr. Nurul
Ada pun bahan makanan yang mengandung karsinogen atau zat pemicu kanker dapat ditemukan pada makanan yang mengandung merkuri, hormon untuk ternak, phthalate, pestisida, pewarna tekstil, aflatoksin (dapat berkembang biak pada kondisi lembab), bahan makanan tinggi garam, dan alkohol.
Dr. Nurul Ratna mengingatkan untuk membatasi asupan gula tambahan atau added sugar dari makanan dan minuman, sedangkan asupan gula alami dari bahan makanan masih diperbolehkan.
Untuk menjaga kesehatan guna mencegah terkena kanker, “Jaga berat badan ideal, bagasi asupan alkohol, daging merah, makanan diproses, makanan instan dan lemak jenuh; perbanyak makanan tinggi serat dari sayur, buah dan serealia, tingkatkan olahraga 3-5 kali per minggu; dan lakukan skrining Kesehatan, control pasca terapi, dan waspada jika ada gejala penurunan selera makan dan penurunan berat badan drastis,” tutup Dr. Nurul Ratna.
[]Andriza Hamzah Photo : Dok. YKI/Emerson Asia Pacific
Keterangan Photo Utama : (ki-ka) dr. Anna Mira Lubis, SpPD, KHOM – dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp.KFR (K) – Dr.dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK(K) – dr. Pratiwi Astar (Humas YKI)
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan perayaan Hari Susu Se–Dunia yang juga Hari Susu Nusantara yang diperingati secara Internasional mau pun Nasional pada setiap 1 Juni, Perusahaan produk bergizi berbasis susu PT Frisian Flag Indonesia (FFI) bekerja sama dengan PERGIZI PANGAN Indonesia, Selasa, 02 Juni 2020, menggelar diskusi online bertajuk “Kebaikan Susu Sebagai Bagian Gizi Seimbang, […]
Perubahan postur dengan beranjaknya usia menua atau lansia, merupakan hal yang umum ditemui. Namun, perubahan postur ini, juga bisa disebabkan karena adanya gangguan kesehatan. Maka akan sangat bijaksana untuk melakukan pemantauan sejak dini pada kondisi tulang belakang. Spesialis Bedah Ortopedi RS Premier Bintaro, dr. Omar Luthfi, SpOT, menyatakan perubahan postur tubuh yaitu kecenderungan badan membungkuk […]
Makula merupakan organ mata di belakang retina, yang berperan dalam penglihatan sentral, penglihatan warna, serta penglihatan detail. Penyakit makula (gangguan yang melibatkan area makula) berpotensi menimbulkan penurunan tajam penglihatan, dan menyebabkan penderitanya kesulitan melihat objek secara detail, termasuk ketidakmampuan mengenali wajah seseorang atau tulisan. Kerusakan pada makula bisa menyebabkan terjadinya kebutaan! Kurangnya informasi dan sumber […]