News Hitz

Erupsi Gunung Anak Krakatau, Menjauh Dari Radius 2 Km

Walaupun erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi dua kali pada Sabtu, 11 April 2020,  tidak sebesar rangkaian erupsi pada periode Desember 2018 –  Januari 2019, tetapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta agar masyarakat tidak memasuki radius 2 Km. 

Ahli Vulkanologi PVMBG Devi Kamil menyebutkan dari data pemantauan selama Januari 2020, telah  terjadi empat kali erupsi pada tanggal 1, 7 dan 15, yang menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu dengan tinggi maksimum 500 m dari atas puncak. 

“Pada tanggal 6 hingga 11 Februari 2020 rangkaian erupsi  yang terjadi menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu tebal dengan ketinggian maksimum 1000 m dari atas puncak.  Dan selama Maret 2020  terjadi dua kali erupsi  yakni pada tanggal 18 Maret 2020, yang menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu setinggi kl. 300 m dari atas puncak,” kata Devi Kamil, saat dihubungi, Sabtu (11/4/2020).  

“Saat tidak terjadi erupsi, teramati hembusan asap berwarna putih tipis dengan tinggi maksimum 150 m dari atas puncak. Pada tanggal 10 April 2020, terjadi dua kali erupsi, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu tebal setinggi kl. 500 m dari atas puncak, diikuti dengan erupsi menerus tipe strombolian. Tidak terdengar suara gemuruh atau dentuman akibat erupsi,” ujarnya.

“Pengamatan deformasi dengan tiltmeter berfluktuasi dan menunjukkan gejala kenaikkan yang tidak signifikan sejak 5 April 2020 hingga kejadian erupsi pada 10 April 2020 pkl. 22:35 WIB, diduga akibat energi yang relatif tidak terlalu besar,” ucapnya.

Devi Kamil menyebutkan berdasarkan data kegempaan dan deformasi terlihat aktivitas vulkanik Anak Krakatau masih berfluktuasi. 

Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.

“Aktivitas vulkanik berupa erupsi tipe Strombolian saat ini, lontaran material pijar hanya tersebar di sekitar kawah yang masih dalam batas kawasan rawan bencana yang direkomendasikan. Erupsi menerus berpotensi terjadi, namun tidak terdeteksi adanya gejala vulkanik yang menuju kepada intensitas erupsi lebih besar,” tandasnya. 

Dari hasil pengamatan visual dan instrumental serta potensi bahaya Gunung Anak Krakatau selama Januari hingga 10 April 2020, tidak ada peningkatan ancaman. 

“Tingkat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih tetap pada Level II Waspada. Kami hanya menghimbau tidak ada aktivitas manusia dalam radius 2 Km. Area wisata Pantai Carita, Anyer, Pandeglang dan sekitarnya, serta wilayah Lampung Selatan masih aman dari ancaman bahaya aktivitas Gunung Anak Krakatau,” paparnya. 

Terkait isu di media sosial bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau ini akan memicu erupsi dari gunungapi lainnya, Devi Kamil menyatakan hal tersebut tidak benar. 

“Tidak tepat kalau dikatakan saat ini terjadi bersama-sama waktunya, melainkan dalam periode yang berdekatan saja. Bahkan ada yang sudah terjadi berpuluh-puluh tahun. Satu erupsi dengan erupsi lainnya pun tidak berkaitan, tidak saling memicu, karena memiliki dapur magma masing-masing. Saat ini tidak ada peningkatan erupsi seluruh gunungapi di Indonesia. Setiap tahun jumlah gunungapi yang mengalami erupsi di Indonesia masih relatif sama yaitu sekitar 10-12 gunungapi,” pungkasnya. 

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala BPPTKG Hanik Humaida.”Itu tidak benar. Setiap gunungapi memiliki sifat dan sistem vulkanik sendiri. Dan sejauh ini, Merapi tidak ada peningkatan aktivitas,” ujarnya saat dihubungi via wa.

[]Dian Mart

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *