Goodlife

Kehidupan Nyaman, Bergandengan Bank Sampah

Masalah sampah rumah tangga, termasuk di sana adanya plastik bekas, di beberapa kota besar Indonesia,  sebagian besar belum terpilah. Berujung, sampah yang tidak bisa dipergunakan menumpuk di TPA, dan menimbulkan  permasalahan lingkungan.

Terbilang, dalam upaya mengatasi permasalahan sampah, perlu keterlibatan banyak pihak. Tak lepas, melihat sebuah studi  tahun 2019 yang  melibatkan responden  di lima Kota besar Indonesia,  menunjukkan, sebanyak 50.8%.

Dari data KLHK RI menunjukkan jumlah timbulan ssampah di Indonesia sebasar 175.000 ton per hari, atau setara 64 juta ton per hari. Dari jumlah tersebut, sekitar 36% rumah tangga menyumbang sampah.

Untuk menyikapi hal ini jugalah  kiranya yang membuat Unilever Indonesia sebagai produsen  yang berkomitmen  untuk ikut berkontribusi mengurai permasalahan plastik dari hulu ke hilir, dengan menjalin kerjasama dengan Sustainable Waste Indonesia (SWI) dan Indonesian Plastic Recyclers (IPR), untuk  melakukan sebuah studi sebagai landasan untuk mengetahui  kondisi permasalahan sampah di Indonesia. khususnya di Pulau Jawa.

Dari studi ini mengungkapkan berbagai fakta mengenai rantai nilai sampah plastik, peranan para pelaku pedaur ulang, potensi yang bisa dikembangkan, dan betapa kolaborasi multipihak menjadi sangat penting  untuk mengakselerasi  upaya penguraian msasalah sampah.

Tentu dari studi, ini diharapkan juga dapat membantu Pemerintah dalam memetakan potensi daur ulang dan ekonomi sirkular di Tanah Air.

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan laju daur ulang sampah plastik pasca konsumsi, dan untuk membantu Bank sampah — salah satu pihak yang memiliki peranan sentral dalam mengatasi dampak sampah pascapemakaian konsumen — Unilever Indonesia mendorong digitalisasi Bank Sampah melalui kolaborasi dengan Google My Business.

Dari sana diharapkan  calon “nasabah” bisa menemukan Bank Sampah terdekat secara online dengan mudah. Yang pada akhirnya, melalui terobosan di bidang digitalisasi, ini Bank sampah akan lebih mampu membuktikan peranannya dalam menciptakan nilai tambah ekonomi baru, sekalgus mengajak lebih banyak masayarkat  berpartisipasi  menangani permasalahan sampah.

Langkah ini maka  masyarakat yang sudah memilah sampah dari rumah akan bisa menyalurkan sampahnya dengan tepat, tidak terbuang ke TPA.

Nurdiana Darus, Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia, Tbk. di acara webinar bertajuk “Semangat Kolaborasi Kehidupan Lestari”, Rabu, 19 Agustus 2020, menyampaikan,”Permasalahan pengelolaan sampah plastik mau pun pengelolaan sampah secara keseluruhan memerlukan perhatian serius dari kita semua. Unilever secara global berkomitmen untuk mengurangi setengah dari penggunaan plastik baru, mempercepat penggunaan plastik daur ulang, serta mengumpulkan dan memproses kemasan plastik lebih banyak daripada yang dijual”.

Direktur SWI Dini Trisyanti mengungkapkan mirisnya sekitar 88,17% sampah plastik masih diangkut ke TPA atau berserakan di lingkungan. Selain itu, penyerapan sampah plastik pasca konsumsi di Pulau Jawa masih sangat rendah, yakni baru sekitar 0,09 juta ton plastik per tahun dibandingkan dengan kapasitas daur ulang plastik Nasional yang berada di kisaran 1,65 juta ton plastik per tahun.

Maya Tamimi selaku Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation menerangkan percaya akan potensi dan manfaat Bank Sampah yang begitu besar. Terlebih,  sejak 2008 Unilever Indonesia Foundation mulai mengenalkan program Bank Sampah berbasis komunitas.

Sebagai catatan, hingga saat ini Unilever telah membangun 3.858 unit  Bank Sampah dan telah mengurangi sebanyak 12.487 ton sampah non-organik. Berdasarkan pengamatan salah satu kendala yang masih menghambat peranan Bank Sampah adalah aksesibilitas, yaitu belum meratanya penyebaran informasi mengenai lokasi Bank Sampah.

[]Dara Malika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *