Dalam rangka memberikan
perawatan pada korban kecelakaan ataupun pasien darurat, pilihan untuk mulai
mengembangkan evakuasi medis udara diharapkan bisa menjadi solusi atas
kemacetan jalur darat serta keluasan wilayah Indonesia dan topografinya yang berbentuk kepulauan.
Pengendali Latihan
Badan SAR Nasional (BASARNAS) Anggit M
Satoto menyatakan kebutuhan akan
evakuasi medis udara saat ini lebih ditujukan pada lokasi perkotaan atau
permukiman.
“Bila ini
dikatakan penting, karena memang kendala pertolongan kegawatdaruratan di
kawasan kota terhambat oleh ramainya lalu lintas. Sementara, terkadang korban
membutuhkan perawatan dalam tempo secepatnya untuk menghindari kecacatan hingga
kematian,” kata Anggit usai melakukan simulasi evakuasi medis udara di RS
Yarsi Jakarta, Selasa (11/5/2021).
Ia menyatakan selama
ini BASARNAS memang kerap melakukan pertolongan atau evakuasi udara pada
seluruh wilayah Indonesia.
“Indonesia ini
memiliki tiga ALKI untuk jalur pelayaran niaga, yang semuanya berpotensi
menimbulkan kecelakaan. Dan sudah menjadi keseharian juga bagi kami untuk
memberikan bantuan evakuasi medis secara 24 jam. Tidak pagi, tidak siang, tidak
malam kami siap melayani,” ujarnya.
Sebagai contoh, ia
mengungkapkan BASARNAS sering mendapatkan panggilan evakuasi medis udara bagi
para turis di perairan Bali yang harus secepatnya mendapatkan perawatan medis
dan membawa korban ke rumah sakit di Sanglah Denpasar.
“Sudah waktunya,
Industri Kesehatan dan Rumah Sakit Indonesia bersiap dengan evakuasi medis
udara ini. Karena memang sangat dibutuhkan, terlepas dari masalah biayanya.
Kalau dengan BASARNAS kendala biaya, bisa diminimalisir, beda kalau dengan pihak
swasta,” ujarnya lebih lanjut.
Anggit menyebutkan
pertolongan pertama mulai dari lokasi, perjalanan menggunakan helikopter dan
menjaga pasien dalam perjalanan hingga tiba di Rumah Sakit merupakan hal
standar sudah biasa dilakukan oleh tim-nya.
“Kami sudah
mengajukan satu skuadron heli, yang
berjumlah 12 helikopter untuk mengcover
wilayah Indonesia melalui beberapa titik, kepada Menteri Keuangan dan Bappenas.
Pembelian heli hingga saat ini memang belum terealisasi,” katanya.
Tercatat ada 4
helikopter medis di Jakarta, 2 helikopter medis di Surabaya dan satu helikopter
medis di Tanjung Pinang yang saat ini dimiliki oleh BASARNAS.
“Dengan hadirnya
RS Yarsi sebagai tujuan rumah sakit pada kegiatan evakuasi medis akan
melengkapi rumah sakit yang ada sekarang, yaitu RSPAD Gatot Subroto dan RS
Pelni. Tentunya ini akan membuka peluang akan lebih banyak lagi korban yang
bisa mendapatkan bantuan media dalam waktu singkat,” tandasnya.
Direktur Pelayanan
Medis RS Yarsi Jakarta, dr. Andi Herlina
menyatakan keinginan terlibat dalam evakuasi media udara ini sudah dicanangkan
sejak awal RS Yarsi didirikan. Karena itu, dari awal pembangunan rumah sakit,
pendaratan helikopter atau helipad sudah
menjadi bagian dari bangun rancang.
“Dari awal, kami
sudah sangat menyadari bahwa kemacetan lalu lintas di perkotaan, dalam hal ini
Jakarta, membutuhkan sistem pertolongan yang lebih cepat dalam mengevakuasi
ataupun memberikan pertolongan yang tepat. Dan ini merupakan bagian dari visi
RS Yarsi yang memberikan pelayanan bermutu dengan standar internasional,”
kata dr. Andi.
Kedepannya, RS Yarsi
akan terus memperluas pelayanan evakuasi medis udara ini dalam mengantisipasi
kebutuhan memberikan pertolongan pada korban maupun pasien.ha
“kedepannya kita akan kembangkan
lebih luas lagi. Tentunya dengan tetap mengikuti standar air ambulance yang sangat ketat di Inonesia. Baik terkait tempat landing, petugas yang menjaga di lokasi
pendaratan heli hingga petugas yang
akan membawa pasien ke IGD yang
masing-masing memiliki izin dan sertifikasi yang harus dipenuhi,”
ungkapnya.
Andi juga menyebutkan
kesiapan RS Yarsi untuk turut ambil bagian dalam pengembangan evakuasi medis
udara juga ditunjukkan dengan adanya berbagai fasilitas yang berstandar,
komprehensif dan lengkap.
“Dengan adanya fasilitas lengkap di RS Yarsi, misalnya untuk kebutuhan pasien serangan jantung kami sudah memiliki cardiovascullar unit. Untuk trauma, kami juga sudah memiliki Acute and Trauma Center. Jadi kalau dibawa ke sini, menggunakan fasilitas udara, pasien sudah bisa memdapatkan pelayanan lengkap. Tidak perlu lagi dirujuk ke rumah sakit lainnya,” pungkasnya.
[]Natasha