Autoimun, penyakit yang meliputi 10% populasi dengan keterlibatan organ yang berbeda, kiranya menjadi ancaman nyata yang harus disikapi dengan langkah preventif mau pun kuratif. Autoimun merupakan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan kawan dan lawan, sehingga menyebabkan keluhan kesehatan kronis, bahkan dapat kematian jika menyerang organ vital. Minimnya pengetahuan masyarakat di Indonesia […]
Meningkatnya kasus COVID 19 dalam beberapa
hari terakhir, sebaiknya tidaklah disikapi dengan panik. Karena kuncinya hanya
satu yaitu imunitas tubuh, yang bisa didapatkan dengan mendapatkan nutrisi
seimbang, olahraga rutin dan istirahat cukup serta menghindari stres.
Spesialis Gizi Klinik dr. Juwalita Surapsari, SpGK, M.Gizi, menyatakan dengan meningkatnya kembali kasus COVID 19, yang tidak hanya di Indonesia tapi juga di Negara lainnya, maka masyarakat Indonesia harusnya sudah mulai kembali mengetatkan protokol kesehatan yang beberapa bulan terakhir mulai mengendur.
“Beberapa bulan terakhir terlihat
masyarakat sudah mulai merasa aman. Sehingga lalai akan protokol kesehatan.
Dengan meningkatnya kasus COVID 19, saya himbau untuk kembali dan bersama-sama
lebih mengetatkan protokol kesehatan demi kesehatan bersama,” kata dr. Lita,
panggilan kesehariannya, saat dihubungi
beberapa waktu lalu.
Lanjutnya,”COVID 19 memasukki tahun kedua,
memang penelitian mau pun tindakan pencegahan yang kita lakukan sifatnya jangka
pendek. Belum kelihatan secara long term.
Jadi satu-satunya senjata ampuh kita adalah imunitas diri sendiri.”
Kaitan imunitas, katanya, akan berkaitan dengan asupan nutrisi
pada seseorang.
“Beberapa kasus menunjukkan bahwa orang
yang mengalami kelebihan berat badan ternyata mengalami kondisi yang lebih
parah saat terpapar COVID 19. Jadi terlihat, bahwa nutrisi pun berperan penting
dalam mencegah kita terpapar atau mencegah agar kita tidak terdampak kesakitan
yang lebih parah,” urainya lagi.
Dan bukan hanya yang kelebihan berat badan, tapi
juga orang yang mengalami kekurangan gizi.
“Karena orang yang mengalami kekurangan gizi akan kesulitan memetabolisme glukosa, yang merupakan bahan baku untuk sel imun. Akhirnya sel imun tidak maksimal dan tidak optimal mencegah virus yang masuk,” kata dr. Lita.
Selain itu, untuk meningkatkan imunitas, dr.
Lita juga menegaskan pentingnya olahraga teratur dan tidur yang cukup.
“Walau pun nutrisi sudah cukup tapi
tidurnya kurang, dan tidak olahraga, imunitasnya tidak akan maksimal. Akhirnya
jadi tetap terpapar,” tandasnya.
Edukator Kesehatan IMANI PROKAMI dr. Sari Kusumawati menjelaskan bahwa
seseorang bisa sakit karena adanya ketidakseimbangan antara agent, host dan enviroment.
“Agent
itu virusnya, host itu orangnya.
Artinya sakit itu terjadi jika, agent yaitu virusnya terlalu banyak dalam host
dan didukung oleh environment atau lingkungan yang tidak mendukung. Apakah itu
lingkungan yang terlalu ramai atau kah lingkungan yang banyak orang
sakit,” kata dr. Sari.
Potensi sakit pada host atau manusia, lanjutnya, bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor
saat pandemi COVID ini.
“Apakah orangnya taat protokol kesehatan
(prokes)atau tidak, apakah kondisi
tubuhnya lagi fit atau tidak, apakah
memiliki komorbid dan yang paling
penting bagaimana status kesehatan secara mentalnya,” ujarnya.
Karena itu, dr. Sari menyatakan, dirinya tak
pernah lelah untuk terus mengingatkan dan mengulang-ulang beberapa langkah yang
perlu dilakukan agar tidak sakit.
“Saya tidak bosan mengatakan berulang bahwa
untuk mencegah, pertama itu adalah makanan gizi seimbang, aktivitas fisik
rutin, hindari rokok dan alkohol, istirahat cukup, mengendalikan kesehatan
mental dan pastinya adalah patuhi protokol kesehatan,” pungkasnya.
Waktunya mewaspadai penyakit Autoimun. Merupakan suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang tubuh sendiri. Terbilang, ada ratusan jenis penyakit Autoimun, yang salah satunya sering diperbincangkan adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau Radang Usus. IBD merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kelainan yang berhubungan dengan peradangan pada saluran pencernaan atau gastrointestinal. […]
‘Parno’, penggalan kata dari Paranoid atau Paranoia, bakal disandang oleh orang yang berperilaku : curiga terhadap orang di sekitarnya, bahkan pasangan hidupnya, secara berlebihan. Dan, tanpa alasan. Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya bertajuk,”Kesehatan Mental”, paranoia dipaparkan sebagai salah satu penyakit jiwa, penyakit ”gila kebesaran” atau “gila menuduh orang”. Penyakit ini tidak banyak terjadi, dan […]
Tidak terkesampingkan, masa pandemi bersinggungan dengan kesehatan masyarakat, dan kesehatan masyarakat pun terganggu. Selama masa pandemi, sisi Kesehatan Jiwa masyarakat dan pasien Covid-19, pun menjadi perhatian Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI). Perhatian yang disampaikan IPK Indonesia dan PDSKJI, — bertepatan dan dalam rangka “Hari Kesehatan Jiwa […]