Kiranya, masa pandemi menyebabkan jumlah limbah plastik meningkat. Hal ini
disebabkan karena transaksi masyarakat secara online yang mengandalkan plastik sekali pakai dalam distribusinya.
Demikian juga yang dikatakan Direktur
Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dr. Ir. Novrizal Tahar IPM. “Dalam masa pandemi ini, memang terjadi peningkatan penggunaan plastik oleh
masyarakat. Hal ini didorong oleh meningkatnya pembelian barang melalui online,” dalam acara Kemenperin,
akhir bulan Juni 2021, lalu
Penggunaan plastik di transaksi online, ini lanjutnya, tak semuanya bisa
didaur ulang. “Maka kami mendorong masyarakat untuk bersama memilah sampah
plastik ini. Mana yang bisa didaurulang dan mana yang sulit untuk didaurulang.
Sehingga proses pengolahan sampah akan bisa dilakukan dengan baik dan cepat.”.
Kondisi ini diakui oleh Associate Profesor
Teknik Lingkungan Hidup, Institut Teknologi Bandung (ITB) Ir. Emenda Sembiring, ST, MT, MEngSc, PhD,
yang menyatakan masa pandemi memang
telah mengubah pola konsumsi masyarakat.
“Berdasarkan penelitian di Bandung,
sebelum pandemi tercatat 160 gram per
orang per hari untuk sampah kemasan. Dan
setelah pandemi menjadi 240
gram per orang per hari,” kata Emenda dalam kesempatan yang sama.
Walau pun edukasi dan sosialisasi terkait hal
ini sudah dipahami oleh masyarakat dan dilakukan, tapi sejak pandemi, praktik ramah lingkungan ini
tidak dijadikan acuan dalam memgambil keputusan dalam membeli sesuatu,”
urainya.
Pusat pengolahan daur ulang, dinyatakan sebagai
langkah baik dalam membantu pengurangan limbah plastik.
“Tapi perubahan perilaku atau orientasi
masyarakat untuk lebih pro lingkungan dalam pertimbangan konsumsi, juga sama
pentingnya. Jangan karena sudah ada
lokasi daur ulang plastik PTE, menjadi sesukanya lagi,” kata Emenda.
Dengan kapasitas produksi yang mencapai 25 ribu
ton per tahun, ia menyatakan pengolahan daur ulang plastik PET ini bisa
memberikan hasil signifikan pada pengurangan limbah plastik.
“Kalau dibandingkan dengan jumlah sampah
Indonesia yang mencapai 600 ribu ton per tahun, artinya ada pengurangan sekitar
4,2 persen,” jelas Emenda.
Dalam kaitannya dengan sirkular ekonomi, ia menekankan aspeknya bukan hanya pengolahan
daur ulang sampah.
“Tapi akan menyasar juga efisiensi pabrik
dalam memproduksi sesuatu, sehingga bisa menghasilkan limbah yang lebih
sedikit. Jadi jangan pernah berhenti untuk berinovasi dalam mencari suatu
keefisienan maksimal dalam melakukan proses industri,” pungkasnya
Dari inilah, Novrizal Tahar mengajak masyarakat untuk lebih pro lingkungan dalam
masa pandemi.
[]Natasha
Diany
Photo : ND