Hadir di Dataran Tinggi Bandung yang Indah. Menjelajahi warisan Budaya Sunda dan keindahan alam yang menawan di Dago Pakar, Hotel Indigo, bagian dari jaringan hotel luxury and lifestyle IHG Hotels & Resorts, merupakan propertinya yang kedua. Setiap Hotel Indigo memiliki keunikan tersendiri sesuai lokasinya, mengambil inspirasi dan energi dari Budaya lokal untuk memberikan pengalaman yang […]
Untuk mengatasi tantangan kesehatan mental, sekaligus memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, Emotional Health For All (EHFA) bekerja sama dengan Yayasan Kesehatan Umum Kristen (YAKKUM) dan Black Dog Institute melaksanakan ‘Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia’.
Diselenggarakannya ‘Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia’, dituturkan oleh Dr. Sandersan (Sandy) Onie, Project Leader & Founder, EHFA dan President Indonesian Association for Suicide Prevention, di acara dalam memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Seni, 10 Oktober 2022, bahwa,”Indonesia memiliki masalah kesehatan mental yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian terbaru, kami menemukan bahwa tingkat bunuh diri di Indonesia yang sebenarnya mungkin setidaknya 4 kali lipat dari angka yang dilaporkan, dan jumlah percobaan bunuh diri setidaknya 7 kali lipat dari jumlah tersebut.”
Sementara saat, ini di Indonesia, hanya terdapat 4.400 Psikolog dan Psikiater, sedangkan jumlah masyarakat Indonesia lebih dari 250 juta orang.
“Kesehatan mental dan bunuh diri berdampak besar pada ekonomi, dengan perkiraan biaya Rp582 triliun per tahun dalam kematian dan hilangnya produktivitas, sementara kemajuan untuk penanganan kesehatan mental berjalan lambat,” tambah Sandersan Onie.
Masyarakat, kiranya, juga cenderung mendiskriminasi orang dengan gangguan kesehatan mental dengan menganggap sebagai “gila atau tidak waras”. Akibatnya, keluarga merasa malu untuk mencari bantuan ke tenaga profesional dalam berkonsultasi mengenai masalah kesehatan mental yang dihadapi.
“Rasa malu dan diskriminasi merupakan tantangan terbesar terhadap sebuah negara yang sehat,” ujar Dr. Sandersan Onie di acara dengan Moderator Pratiwi Astar.
Tambahnya,”“Banyak orang dengan gangguan kesehatan mental yang enggan atau bahkan tidak akan mengunjungi Psikolog, melainkan justru berbicara dengan pemuka agama.”
Oleh karena itu, EHFA memutuskan untuk mengambil pendekatan radikal mengenai edukasi kesehatan mental, yaitu melalui deklarasi pertemuan antar umat agama yang diusung pada 2-3 Juni 2022 di Lombok, sebagai bagian dari acara G20. Deklarasi yang juga disebut sebagai “Lombok Declaration”, ini bertujuan untuk menegaskan bahwa setiap orang di Indonesia, termasuk para Psikolog, Guru, keluarga, pelajar dapat mencari bantuan kesehatan mental tanpa harus didiskriminasi atau distigmatisasi.
Peran 5 Kelompok Agama
Melalui deklarasi, ini tujuh perwakilan tokoh agama KH Miftahul Huda (Majelis Ulama Indonesia), Rm. Y. Aristanto HS, MSF (Komisi Waligereja Indonesia), KH Sarmidi Husna (Pengurus Besar Nadhlatul Ulama), drg. I Nyoman Suarthanu. MAP (Parisada Hindu Darma), I Wayan Sianto (Perwakilan Walubi Indonesia), Prof. Dr. Musdah Mulia, M.A (International Center for Religions and Peace), Pdt Jackelyn Manuputty (Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia) dan Pdt Ary Mardi Wibowo (Jakarta Praise Church Community) mempersatukan pandangannya terhadap kesehatan mental dengan menandatangani “Deklarasi Relio-Mental Health”.
Para pemuka dari lima kelompok agama setuju bahwa masalah kesehatan mental bukanlah hal yang memalukan, serta mengedepankan pentingnya peran lingkungan dan keluarga dalam mendampingi orang dengan masalah kesehatan mental. Di saat yang sama, deklarasi ini juga mendorong lembaga keagamaan dan instansi Pemerintah seperti Kementerian untuk berkolaborasi dalam meningkatkan pelayanan dan penanganan masalah kesehatan mental serta pencegahan bunuh diri.
Sementara itu, aktivis HAM dan penggiat inklusi Dr. Bahrul Fuad, M.A. juga menyebutkan tentang betapa pentingnya pendekatan agama terhadap pandangan disabilitas di Indonesia.
“Selama ini, berbagai agama mempercayai bahwa perilaku bunuh diri merupakan perbuatan dosa besar, sehingga mereka yang mencoba bunuh diri mengalami berbagai jenis stigma dan dipandang buruk dan orang yang meninggal karena bunuh diri mendapat label sebagai orang yang tidak bermoral atau memiliki karakter jiwa rendah dan tidak termaafkan,” ujarnya.
“Di sisi lain, ajaran spiritualitas dan akhlak pada setiap agama yang diejawantahkan dalam sikap sebagai orang beriman seperti; ikhlas, bersykur, dan menerima ketentuan dari Allah SWT (taqdir), serta tindakan Ibadah ritual seperti shalat, puasa, dan berdzikir. Islam mempercayai bahwa sikap dan tindakan tersebut jika dilakukan secara bersungguh-sungguh, maka akan membawa seseorang pada tujuan kehidupan yaitu ketenangan jiwa. Agama dan tokoh agama memiliki peran yang sangat sentral dalam mendorong pentingnya merawat kesehatan mental dan mencegah prilaku bunuh diri,” tambahnya.
“Pada konteks, ini agama dan tokoh agama memiliki peran yang sangat sentral dalam mendorong pentingnya merawat kesehatan mental dan mencegah prilaku bunuh diri, “Dr. Bahrul Fuad menyimpulkan.
Kiranya, prevalensi anak berperawakan pendek di Indonesia tergolong masih tinggi. Maka urgensi untuk memperluas akses gizi seimbang dan ketahanan pangan. Terkait, catatan dari penelitian terbaru South East Asian Nutrition Surveys kedua (SEANUTS II) mendapati prevalensi anak stunted dan anemia, khususnya di antara anak-anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia, tertera masih tinggi. Bahkan, sebagian […]
Secara rutin mengawali hari dengan sarapan, alangkah baiknya. Sarapan sehat yang dilakukan setiap hari memiliki banyak sekali manfaat bagi tubuh di antaranya dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian, meningkatkan energi dan dapat berkonsentrasi lebih baik serta menjaga berat badan yang sehat. Karenanya, sarapan oleh banyak masyarakat Indonesia sangat lekat, dan telah menjadi gaya hidup. Begitu […]
Pasien dengan kelainan/kerusakan retina yang memerlukan tindakan segera dan memadai, kini kian mudah. BPJS memperluasnya dengan terciptanya kerjasama dengan RS Mata Primasana. Jakarta, 17 Juni 2018 – Kerjasama antara RS Mata Primasana Tanjung Priok dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), terjalin dalam mendukung penyelenggaraan layanan kesehatan mata yang memadai bagi masyarakat. Terjalinnya kerjasama, ini tak […]