Lifestyle

Takeda dan Yayasan Kanker Indonesia, Adakan Edukasi Diagnosis Pasien Kanker Paru

Memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022, PT. Takeda Indonesia  — Pemimpin biofarmasi global, berbais nilai, yang digerakkan  oleh R&D, berkantor di Jepang — dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) — Organisasi nirlaba yang bersifat  sosial dan kemanusiaan  di bidang kesehatan, khususnya dalam umpaya pencegahan kanker — mengadakan webinar media bertajuk “Pentingnya Diagnosis yang Tepat untuk Kanker Paru”. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai dalam hal diagnosis kanker paru di Indonesia.

Kanker paru adalah jenis kanker yang angka kejadiannya paling tinggi pada pria di Indonesia, pencapaian hingga  95% kanker paru akibat lingkungan serta gaya hidup, dan kebiasaan merokok. Dalam hal,  ini Indonesia menempati posisi nomor satu dalam jumlah perokok pria  dewasa di Dunia, serta polusi sekitar yang tinggi,” kata Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP.

Tambahnya,“Gejala pada kanker paru seringkali tidak tampak pada stadium awal, ini berakibat di mana data saat ini menunjukkan bahwa 60% pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut, sebab kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC. Dengan demikian penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk modalitas diagnosis kanker paru sehingga kanker paru dapat diobati dengan tepat.”

Di acara webinar yang berlangsung  pada hari Selasa, 08 November 2022, dengan Moderator Pratiwi Astar,  Andreas Gutknecht, General Manager of PT Takeda Indonesia mengatakan, berkomitmen untuk menerjemahkan sains ke dalam pengobatan yang dapat mengubah kehidupan menjadi lebih baik. 

“Kami berfokus pada berbagai penyakit dengan kebutuhan medis tak terpenuhi paling tinggi dan masalah terbesar dalam kesehatan masyarakat, kanker paru tentunya adalah salah satu dari penyakit tersebut. Dengan demikian, diagnosis dini dan tepat pada kanker paru menjadi titik kritis dalam keberhasilan pengobatan pasien. Oleh karena itu, kami bersyukur dapat bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia untuk meningkatkan kesadaran terkait kanker paru secara berkelanjutan di Indonesia,” katanya.

Moderator Pratiwi Astar     

2 MAsalah  Kanker Paru di Indonesia            

Pada kesempatan itu, Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) – Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia dan Bekerja di  Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI – RSUP Persahabatan, mengatakan, “Berdasarkan data Globocan 2020, di Indonesia terlihat masalah kanker paru ada dua poin penting yaitu jumlah kasus paru yang terus meningkat dan hanya dapat diatasi dengan melakukan pencegahan atau pengendalian faktor risiko kanker paru. Masalah kedua masih buruknya prognosisnya dibanding kanker lain yaitu dengan pendeknya angka harapan hidup akibat sebagian besar penyakit ditemukan pada stadium lanjut.”

“Maka usaha skrining atau deteksi dini akan secara langsung akan memperpanjang harapan hidup. Namun kabar baiknya, pasien kanker paru stadium lanjut yang mendapat pengobatan yang spesifik berdasarkan karakteristik kelainan molecular menunjukkan hasil yang baik,” katanya.

Menurutnya, gejala yang timbul pada pasien kanker paru, di antaranya batuk yang persisten, darah pada mukus/lendir, bernapas pendek, nyeri di area dada, kelelahan yang berlebihan, penurunan bobot badan dan penurunan nafsu makan. 

Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kanker paru yang paling utama adalah merokok. Selain itu kontak dengan zat-zat karsinogenik (Radon, Arsen, Asbestos), keluarga yang memiliki riwayat kanker paru, dan rpenyakit paru kronik lainnya. Melakukan skrining atau deteksi dini pada kelompok berisiko tinggi adalah upaya yang paling baik yang harus dilakukan untuk meningkatkan angka tahan hidup penderita kanker paru.

Prof. dr. Elisna Syahrudin pun menekankan bahwa pemeriksaan kanker paru sangatlah penting untuk memahami kanker yang dialami pasien secara spesifik. Dengan demikian, pasien dapat memperoleh pengobatan dengan hasil yang optimal dan bertahan hidup lebih lama.

Kanker paru dibedakan untuk setiap pasien dari jenis sel dan perubahan sel abnormal. Pengujian biomarker akan menunjukkan mutasi spesifik pada sel kanker. Pengujian biomarker sangat penting karena dapat mendeteksi adanya penanda biologis (biomarker) spesifik yang dapat membantu pemilihan  terapi yang telah tersedia di Indonesia. Tes untuk melihat mutasi gen  atau molekuler yang berkaitan dengan pilihan terapi target adalah mutasi  ALK, EGFR, ROS1.

Kanker paru-paru positif ALK (Anaplastic Lymphoma Kinase positive, atau ALK+) terjadi pada 1 dari 25 pasien kanker paru-paru nonsel kecil (NSCLC). Dan, di Indonesia, prevalensi adenokarsinoma paru dengan ALK positif mencapai 7%,” katanya.

[]Andriza Hamzah

Photo : Dok. YKI/ Emerson Asia Pacific

    

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *