Uncategorized

3 Prioritas Rumah Sakit Cerdas Masa Depan

Tak dapat dimungkiri, Pandemi COVID-19 telah menjadi faktor penting yang mengakselerasi pengadopsian teknologi di lingkungan perawatan kesehatan akut. Penelitian Zebra Technologies berjudul “Global Healthcare Vision Study” mengonfirmasi hal ini. Bahwa sebanyak 8 dari 10 pembuat keputusan yang disurvei mengatakan bahwa akselerasi dalam pemanfaatan teknologi di rumah sakit mereka adalah dampak dari pandemi dan meningkatnya investasi dalam solusi mobility, locationing, dan otomatisasi. 

Bagaimana pun  masih banyak yang harus dilakukan, terutama jika rumah sakit ingin memaksimalkan efisiensi para stafnya. Dua dari tiga pembuat keputusan di seluruh Dunia yang disurvei mengatakan setuju dengan hal tersebut.

Sektor layanan kesehatan seringkali rentan terhadap dampak krisis, mulai dari epidemi, hingga bencana alam. Dan ketika kasus COVID-19 meningkat tajam di Indonesia, sejumlah pusat kesehatan dan rumah sakit di berbagai wilayah di Indonesia terpaksa berhenti beroperasi untuk sementara  karena tenaga kesehatan mereka tertular COVID-19. 

Walau pun pandemi COVID-19 adalah krisis kesehatan masyarakat global yang paling signifikan di zaman, ini tapi COVID-19 bisa saja bukan yang terakhir. 

Ke depan, tujuan sektor kesehatan adalah untuk mengembangkan rumah sakit yang lebih cerdas dan lebih terkoneksi, untuk mendukung komunikasi, agility, transparansi, dan resiliensi yang lebih baik untuk meraih keberhasilan, bahkan dalam situasi yang penuh ketidakpastian. Semua alur kerja, baik yang klinis mau pun non-klinis, serta pasien harus dirancang dengan baik,  bahkan kalau bisa serba otomatis. Rantai pasokan layanan kesehatan, supply room di rumah sakit, dan lingkungan perawatan kritis, harus dikelola dengan lebih baik dari saat ini. 

Agar seluruh sumber daya menjadi efektif, termasuk pasien, staf, aset, dan data,  pertama-tama rumah sakit harus meningkatkan kemampuan visibilitas operasional dan kolaborasi virtual mereka. Dengan demikian, fokus untuk satu atau dua tahun ke depan dilandaskan pada tiga prioritas unik namun saling berhubungan, yaitu: real-time intelligence, clinical mobility yang makin luas, serta asset monitoring dan tracking yang lebih baik. 

Memperkuat Operasional Rumah Sakit dengan Real-Time Intelligence

Mayoritas tenaga kesehatan dan pengambil keputusan yang disurvei oleh Zebra setuju bahwa real-time intelligence sangat krusial dalam memberikan perawatan pasien yang optimal.

Tak pelak, rumah sakit cerdas di masa depan bakal bergantung pada locationing (penentuan lokasi) dan otomatisasi untuk menjawab meningkatnya kebutuhan, tanpa mengorbankan kualitas perawatan pasien. Memahami pola penggunaan akan membantu dalam memprediksi apa yang dibutuhkan pada skenario di masa depan dan membantu menghasilkan penagihan yang lebih akurat dan tepat waktu.

Maka saat Internet of Things (IoT) makin canggih, teknologi seperti radio frequency identification (RFID) dan real-time location systems (RTLS) semakin mudah diakses. Jika mau, semua rumah sakit sebetulnya sekarang sudah bisa melacak pergerakan staf, pasien dan peralatan mereka, termasuk ketersediaan kamar dan pasokan – dan ternyata mereka memang mau. 

Sekitar 40 persen dari eksekutif yang disurvei mengatakan bahwa saat, ini mereka menggunakan teknologi locationing di banyak area rumah sakit. Selain itu, lebih dari 75 persen pembuat keputusan yang disurvei mengatakan berencana untuk mengimplementasikan teknologi locationing untuk mengawasi semua hal, mulai dari pasien dan spesimen mereka, hingga ketaatan para staf terhadap peraturan di tahun depan.  

Maka ketika diintegrasikan dengan solusi mobility dan teknologi cerdas lainnya, rumah sakit bisa mencapai ekosistem informasi yang optimal. Seperti meningkatkan pengaturan ruang operasi dan ruang gawat darurat, mengotomatisasi alur pasien sehingga bisa segera mengalokasi sumber daya bagi mereka yang kebutuhannya lebih mendesak, dan membuat para staf bisa lebih fokus pada pasien. Visibilitas yang lebih besar juga membuat penanganan inventaris dan pengelolaan rantai pasokan menjadi lebih baik, untuk mencegah kekurangan stok atau kadaluarsa, yang banyak dialami oleh rumah sakit. 

Tujuan Mobility (Kini Lebih Besar)

Dokter membutuhkan perangkat yang powerful untuk berbagi dan menerima kecerdasan di rumah sakit – dan untuk berhubungan dengan para perawat di seluruh fasilitas rumah sakit atau di lapangan dalam ambulans.

Namun, Pemimpin rumah sakit tahu bahwa setiap staf harus bisa dihubungi, responsif, dan bisa melaporkan status tugas mereka, jika rumah sakit mengelola rantai pasokan, mengatur logistik pergantian kamar, memastikan penagihan yang akurat, dan banyak lagi, dengan lebih baik. Mayoritas dokter dan pembuat keputusan yang disurvei juga setuju bahwa kualitas perawatan pasien akan meningkat jika perawat, dokter, dan staf pendukung non-klinis memiliki akses ke perangkat mobile dan aplikasi layanan kesehatan. 

Mereka tidak memberikan perangkat begitu saja. Perangkat yang dimiliki rumah sakit dikhususkan untuk lingkungan klinis dengan aplikasi layanan kesehatan yang makin banyak digunakan di banyak area klinis. 

Dulu, beberapa rumah sakit masih mengizinkan staf mereka menggunakan perangkat pribadi saat bekerja, dan beberapa rumah sakit pada awalnya menggunakan smartphone dan tablet consumer untuk menguji aplikasi mobile dalam settingan klinis. Tapi kemudian banyak yang mendapati bahwa perangkat tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan perawatan pasien akut. Penelitian Zebra mengungkap bahwa penggunaan perangkat yang healthcare-ready lebih disukai dibandingkan perangkat consumer, dengan hampir setengah dari pembuat keputusan yang disurvei melaporkan bahwa mereka memberikan perangkat milik rumah sakit yang enterprise-grade untuk staf rumah sakit mereka.

Ini adalah berita yang menggembirakan karena perangkat seluler yang khusus dikembangkan untuk layanan kesehatan memberikan staf klinis dan non-klinis fungsi yang mereka butuhkan untuk menjalankan tugas tanpa mengorbankan keamanan siber atau privasi pasien. Perangkat-perangkat ini juga tahan terhadap pembersihan dan disinfeksi yang harus dilakukan secara konstan untuk membantu mengurangi risiko infeksi, yang merupakan perhatian khusus di kalangan dokter dan eksekutif rumah sakit. 

Memperluas Jangkauan dan Dampak dari Kolaborasi Virtual

Bagi rumah sakit, pandemi COVID-19 adalah momentum untuk bertindak: model perawatan harus berubah. Dokter dan perawat harus bisa berkonsultasi dengan rekan-rekan lain yang terpisah secara fisik – baik di luar kamar pasien yang terinfeksi atau dalam ambulans yang sedang menuju ke ruang gawat darurat. Mereka harus bisa memperbarui lebih banyak catatan medis, memberikan lebih banyak resep, memproses lebih banyak uji lab, dan memberikan kualitas pelayanan yang layak bagi setiap pasien tanpa kelelahan berlebihan. 

Dengan kata lain, jika solusi teknologi dipilih dan diimplementasikan secara saksama, operasional rumah sakit akan menjadi lebih mudah dan intuitif. Para staf tidak lagi terpaksa harus bekerja di lingkungan yang kurang efisien. Dengan sistem yang lebih cerdas dan lebih terkoneksi, perawat, Dokter, dan staf non-klinis di garis depan akan memiliki kecerdasan dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk memberikan perawatan pasien yang konsisten, tanpa mengorbankan kesejahteraan mereka. 

[]Andriza Hamzah & Titis Mawar Rani

Photo : Dok. PR Bening

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *