Brigitta Gunawan, pendiri 30×30 Indonesia dan Diverseas, memimpin organisasi nirlaba yang memberdayakan komunitas-komunitas untuk berperan aktif melindungi ekosistem laut lokal. Wanita belia ini anggota terbaru Generation17 (Cohort 5) asal Indonesia, memanfaatkan teknologi Samsung untuk memperluas advokasi laut dan iklim di Indonesia dan Dunia. Terkait hal itu juga, beriring kolaborasi berkelanjutan Samsung dengan United Nations Development […]
Meningkatnya kasus COVID 19 dalam beberapa
hari terakhir, sebaiknya tidaklah disikapi dengan panik. Karena kuncinya hanya
satu yaitu imunitas tubuh, yang bisa didapatkan dengan mendapatkan nutrisi
seimbang, olahraga rutin dan istirahat cukup serta menghindari stres.
Spesialis Gizi Klinik dr. Juwalita Surapsari, SpGK, M.Gizi, menyatakan dengan meningkatnya kembali kasus COVID 19, yang tidak hanya di Indonesia tapi juga di Negara lainnya, maka masyarakat Indonesia harusnya sudah mulai kembali mengetatkan protokol kesehatan yang beberapa bulan terakhir mulai mengendur.
dr. Juwalita Surapsari, SpGK, M.Gizi
“Beberapa bulan terakhir terlihat
masyarakat sudah mulai merasa aman. Sehingga lalai akan protokol kesehatan.
Dengan meningkatnya kasus COVID 19, saya himbau untuk kembali dan bersama-sama
lebih mengetatkan protokol kesehatan demi kesehatan bersama,” kata dr. Lita,
panggilan kesehariannya, saat dihubungi
beberapa waktu lalu.
Lanjutnya,”COVID 19 memasukki tahun kedua,
memang penelitian mau pun tindakan pencegahan yang kita lakukan sifatnya jangka
pendek. Belum kelihatan secara long term.
Jadi satu-satunya senjata ampuh kita adalah imunitas diri sendiri.”
Kaitan imunitas, katanya, akan berkaitan dengan asupan nutrisi
pada seseorang.
“Beberapa kasus menunjukkan bahwa orang
yang mengalami kelebihan berat badan ternyata mengalami kondisi yang lebih
parah saat terpapar COVID 19. Jadi terlihat, bahwa nutrisi pun berperan penting
dalam mencegah kita terpapar atau mencegah agar kita tidak terdampak kesakitan
yang lebih parah,” urainya lagi.
Dan bukan hanya yang kelebihan berat badan, tapi
juga orang yang mengalami kekurangan gizi.
“Karena orang yang mengalami kekurangan gizi akan kesulitan memetabolisme glukosa, yang merupakan bahan baku untuk sel imun. Akhirnya sel imun tidak maksimal dan tidak optimal mencegah virus yang masuk,” kata dr. Lita.
Selain itu, untuk meningkatkan imunitas, dr.
Lita juga menegaskan pentingnya olahraga teratur dan tidur yang cukup.
“Walau pun nutrisi sudah cukup tapi
tidurnya kurang, dan tidak olahraga, imunitasnya tidak akan maksimal. Akhirnya
jadi tetap terpapar,” tandasnya.
Edukator Kesehatan IMANI PROKAMI dr. Sari Kusumawati menjelaskan bahwa
seseorang bisa sakit karena adanya ketidakseimbangan antara agent, host dan enviroment.
“Agent
itu virusnya, host itu orangnya.
Artinya sakit itu terjadi jika, agent yaitu virusnya terlalu banyak dalam host
dan didukung oleh environment atau lingkungan yang tidak mendukung. Apakah itu
lingkungan yang terlalu ramai atau kah lingkungan yang banyak orang
sakit,” kata dr. Sari.
Potensi sakit pada host atau manusia, lanjutnya, bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor
saat pandemi COVID ini.
“Apakah orangnya taat protokol kesehatan
(prokes)atau tidak, apakah kondisi
tubuhnya lagi fit atau tidak, apakah
memiliki komorbid dan yang paling
penting bagaimana status kesehatan secara mentalnya,” ujarnya.
Karena itu, dr. Sari menyatakan, dirinya tak
pernah lelah untuk terus mengingatkan dan mengulang-ulang beberapa langkah yang
perlu dilakukan agar tidak sakit.
“Saya tidak bosan mengatakan berulang bahwa
untuk mencegah, pertama itu adalah makanan gizi seimbang, aktivitas fisik
rutin, hindari rokok dan alkohol, istirahat cukup, mengendalikan kesehatan
mental dan pastinya adalah patuhi protokol kesehatan,” pungkasnya.
Dr. Sandersan (Sandy) Onie, ahli dan peneliti kesehatan, serta pencegahan bunuh diri, — pendiri Emotional Health for All, yang saat ini berkantor di Black Dog Institute, UNSW Sydney, Australia — menghadirkan buku berjudul ‘Panduan Pertolongan Pertama Kesehatan Jiwa Indonesia’, kiranya berpijak pada bahwa kesehatan jiwa merupakan problematika di Indonesia. Tergambarkan dari melihat tingkat depresi dan […]
Jakarta, 15 Februari 2018 – Memperingati Hari Kanker Anak Internasional yang jatuh pada 15 Februari, Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA) ingin meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya deteksi dini untuk memerangi kanker pada anak-anak. Komite Penanggulanan Kanker Nasional menyatakan bahwa kanker membunuh lebih banyak dari AIDS, malaria dan TBC. Tingkat kematiannya bahkan setara dengan […]
Bila Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA), yang merupakan gangguan yang sudah ada sejak lama, namun belakangan semakin ditakuti ketika untuk pertama kalinya dalam sejarah di Indonesia, terjadi lonjakan penderita secara massal selama periode Januari 2022 hingga Oktober 2022. Sejak kasus GGAPA yang disebabkan oleh tercemarnya sirop obat diumumkan pada Oktober 2022, yang terjadi, seluruh […]