News Hitz

Philips Ungkap Alasan Mengapa Kita Masih Kurang Tidur

Jakarta, 17 Maret 2018 – Dalam rangka memperingati World Sleep Day yang jatuh setiap tanggal 16 Maret, Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA), pemimpin global dalam teknologi kesehatan, merilis temuan dari survei global tahunannya yang berjudul “Better Sleep, Better Health. A Global Look at Why We’re Still Falling Short on Sleep.” Survei yang dilakukan di 13 negara ini mengamati apa yang membuat orang-orang tidak mendapatkan tidur yang berkualitas. Sebagai inovator terkemuka dalam perawatan tidur dan pernapasan, Philips bertujuan mendorong adanya kesadaran akan pentingnya kualitas tidur sebagai pilar kesehatan yang seringkali terlupakan.

Diperkirakan lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia menderita sleep apnea, 80 persen di antaranya tetap tidak terdiagnosa, dan secara global 30 persen orang mengalami kesulitan untuk memulai tidur tanpa terjaga di malam hari. Tidur yang baik sangat penting bagi kesehatan, tetapi hanya sepertiga dari orang dengan gangguan tidur yang mencari bantuan tenaga kesehatan profesional. Melalui kolaborasi dengan Richter dan survei tahunannya, Philips ingin menekankan pentingnya tidur berkualitas bagi setiap orang di seluruh dunia.

Survei yang dilakukan secara online pada bulan Februari oleh Harris Poll atas nama Philips ini, mengulas kebiasaan tidur lebih dari 15.000 orang dewasa di 13 negara (Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Polandia, Prancis, India, China, Australia, Kolombia, Argentina, Meksiko, Brasil dan Jepang), melihat lebih dekat bagaimana tidur diprioritaskan, ditangani, dan dipandang oleh populasi di negara tersebut. Temuan utama meliputi:

Kami masih belum memprioritaskan tidur: Di 13 negara ini, survei tersebut menemukan bahwa mayoritas orang dewasa secara global (67 persen) menganggap bahwa tidur berdampak penting bagi keseluruhan kesehatan mereka. Namun, ketika mereka diminta untuk memasukkan kebiasaan tidur sehat sebagai bagian gaya hidup hanya 29 persen yang merasa bersalah tidak menjaga kebiasaan tidur yang baik. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan keinginan mereka untuk berolahraga secara rutin – 3-4 kali dalam seminggu sebanyak 49 persen dan menjaga makan sehat sebanyak 42 persen.
Kami menghadapi hambatan untuk tidur berkualitas – dan dampak dari tidur yang buruk: 6 atau lebih dari 10 orang dewasa (61 persen) di dunia memiliki beberapa jenis masalah medis yang mempengaruhi tidur mereka. Sekitar seperempat orang dewasa melaporkan insomnia (26 persen) dan 1 dari 5 orang mendengkur (21 persen). Berbagai kekhawatiran membuat lebih dari setengah orang dewasa di dunia terjaga di malam hari dalam 3 bulan terakhir (58 persen), diikuti oleh distraksi dari teknologi (26 persen). Setelah tidur malam yang tidak berkualitas, mereka merasa lelah (46 persen), murung/mudah marah (41 persen), tidak termotivasi (39 persen), dan mengalami kesulitan berkonsentrasi (39 persen).

Kita mau berupaya: Secara global, tiga perempat orang dewasa (77 persen) telah mencoba memperbaiki tidur mereka dengan cara tertentu. Secara kolektif, banyak yang beralih dengan mendengarkan musik yang menenangkan (36 persen) atau mengatur jadwal untuk tidur/ bangun mereka (32 persen). Namun, metode berbeda digunakan di tiap-tiap negara. Salah satu metode utama yang digunakan orang dewasa India adalah meditasi (45 persen), sementara salah satu metode teratas yang digunakan oleh orang dewasa Polandia dan Tiongkok adalah dengan meningkatkan kualitas udara mereka (33 persen dan 31 persen).

Millenials memiliki pandangan berbeda mengenai tidur: Dari keseluruhan hasil survei global, muncul satu kelompok kecil yang terdiri dari orang dewasa berusia 18-24 tahun. Meskipun cenderung tidak memiliki jam tidur yang teratur dibandingkan generasi lainnya (38 persen vs 47 persen berusia 25+), kelompok ini melaporkan bahwa secara rata-rata mereka lebih banyak tidur setiap malam dibandingkan kelompok usia lainnya (usia 18-24 rata-rata 7,2 jam, dibandingkan 6,9 jam pada kelompok usia 25+). Mereka juga cenderung merasa bersalah jika tidak secara teratur menjaga kebiasaan tidur yang baik dibandingkan dengan kelompok usia 35+ (35 persen vs 26 persen). Orang dewasa berusia 18-24 tahun juga lebih mungkin untuk mencoba memperbaiki tidur mereka dibandingkan dengan kelompok usia 25+ (86 persen vs 75 persen).

“Tidur adalah landasan gaya hidup sehat. Seberapa baik dan berapa lama kita tidur setiap malam sebelumnya adalah variabel paling penting yang mempengaruhi perasaan kita pada hari berikutnya,” kata Dr. David White, Chief Medical Officer, Philips Sleep & Respiratory Care. “Jadi, tidur yang tidak memadai bisa berdampak langsung pada kesehatan kita, tidak seperti olahraga atau diet. Survei ini menunjukkan bahwa walaupun mengetahui bahwa tidur itu penting untuk kesehatan secara keseluruhan, banyak orang masih belum memprioritaskannya ketimbang berolahraga atau mengkonsumsi makanan sehat. Semakin kita mengerti bagaimana dampak tidur pada segala hal yang kita lakukan, semakin baik kita menyesuaikan gaya hidup kita dan menemukan solusi yang membantu kita tidur dengan lebih baik.”

Untuk memperbaiki hasil klinis dalam terapi dan perawatan tidur, Philips mengumumkan pembukaan Sleep and Respiratory Education Center pertama di Asia Tenggara di kantor pusat regional, Philips APAC Center, di Singapura. Pusat pedidikan ini bertujuan untuk melatih para tenaga kesehatan profesional di seluruh wilayah Asia Pasifik untuk bisa mendiagnosis dan mengobati gangguan tidur dengan lebih baik.

“Sebagai perusahaan teknologi kesehatan, kami terus berkomitmen untuk memberikan dukungan di seluruh rentang kesehatan. Kualitas tidur merupakan salah satu tindakan preventif utama dalam menjaga kesehatan yang seringkali kita abaikan. Melalui inovasi Sleep and Respiratory, kami ingin membantu orang-orang mengatasi permasalahan tidur, sehingga dapat memiliki tubuh yang lebih sehat,” kata Suryo Suwignjo, Presiden Direktur Philips Indonesia.

Dyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *