Health

Kanker Payudara, Juga Bisa Didera Pria

Mengingat  kanker payudara merupakan jenis kanker yang terbanyak di Indonesia, terlebih, kanker  juga dapat diderita pria, dan tercatat  dengan frekuensi sekitar 1%, maka pada Peringatan  ‘Bulan Peduli Kanker Payudara’, Cancer Information and Support Center (CISC), pada bulan Oktober, ini bermaksud berperan serta  untuk menekan angka kasus  baru dan kematian  akibat kanker payudara.

Peran serta CISC dengan   melalui edukasi  virtual kepada masyarakat, guna  meningkatkan kesadaran akan kanker payudara dan memberi dukungan motivasi kepada pasien/penyitas kanker, terutama di masa pandemi COVID-19 ini.

Acara menawan, yang dipandu oleh anggotanya yang merupakan penyintas kanker payudara yaitu Vany Elly dan Srie Firman, ini beroleh sambutan sangat baik. Para  penyintas, pendamping pasien dan pemerhati kanker payudara yang tergabung di The Indonesian Cancer Information and Support Center (CISC) — komunitas kanker yang berpusat di Jakarta dan berdiri sejak tahun 2003 –,  berkumpul dalam diskusi virtual   bertajuk “Bersama Melangkah, Meraih Harapan”, berlangsung pada minggu pertama bulan Oktober 2021

Ibu Lestari Moerdijat, SS, MM, Wakil Ketua MPR Republik Indonesia yang juga merupakan seorang penyintas kanker payudara,  hadir membuka acara diskusi virtual, menyampaikan,”Mengingat angka kasus baru mau pun kematian akibat kanker payudara setiap tahunnya semakin meningkat, sehingga penanggulangan kanker payudara adalah tantangan yang harus dihadapi bersama oleh semua pihak dan diatasi secara berkesinambungan mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, supportif dan paliatif sesuai penatalaksanaan kanker payudara.”

Bahkan, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat, “WHO  mencatat pada 2020, terdapat 2,3 juta wanita yang terdiagnosis kanker payudara dan terjadi 685.000 kematian secara global. Kondisi itu, melahirkan komitmen global terkini untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara global sebesar 2,5% per tahun hingga 2040 dan meningkatkan survival rate para penderita kanker payudara.”

Tidak Berarti Mengangkat Payudara

dr. Farida Briani Sobri, SpB(K)Onk, Spesialis bedah onkologi dalam paparannya tentang “Mitos dan Fakta tentang Biopsi dan Operasi Kanker Payudara” mengatakan,”Meski berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mengedukasi masyarakat, namun masih banyak kami temui pasien yang belum memahami pentingnya melakukan pemeriksaan sesegera mungkin terhadap kecurigaan kanker payudara. Umumnya karena kurang pemahaman maka pasien cenderung takut untuk melakukan biopsi. Padahal biopsi tidak membuat sifat keganasan kanker berubah dan menyebabkan kanker menyebar.”

Tambahnya,”Biopsi justru sangat penting dilakukan untuk memperoleh diagnosis yang jelas. Dengan hasil biopsi yang lengkap, misalnya dengan biopsi jarum inti (core biopsy), memungkinkan Dokter bersama-sama dengan pasien membuat rencana yang tepat untuk pasien sebelum terapi dilakukan.”

dr. Farida lebih rinci menjelaskan,“Banyak pasien yang datang pada saya dengan kekhawatiran payudaranya akan diambil seluruhnya. Yang perlu diketahui sebenarnya pengobatan untuk kanker payudara terus berkembang, menawarkan pilihan yang lebih banyak kepada pasien dan hasil yang lebih baik. Mendapatkan tumor di payudara tidak berarti harus mengangkat payudara seluruhnya.”

Pengobatan bagi setiap kanker payudara sangat bervariasi tergantung pada karakteristik kanker dan kebutuhan pasien, dan bisa sangat efektif hingga mencapai probabilitas harapan hidup hingga 90% atau lebih tinggi ketika penyakit ini diidentifikasi lebih awal.  Pengobatan utama kanker payudara yang ditemukan dalam stadium dini (stadium awal) adalah pembedahan atau operasi.

dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM, Spesialis penyakit dalam hemato onkologi medik dalam presentasinya berjudul Mengungkap Fakta tentang Terapi Kanker Payudara HER2 menyampaikan, “Penting sekali untuk diketahui bahwa terapi sistemik pada kanker payudara tidak hanya kemoterapi, melainkan juga ada terapi hormonal, terapi target, dan imunoterapi yang diberikan sesuai dengan diagnosis masing-masing pasien. Misalnya pada kanker payudara jenis HER2 positif yang merupakan jenis yang agresif, selain kemoterapi ada terapi target. Terapi target ini cara kerjanya spesifik menyerang protein HER2 di sel kanker.”

Lanjutnya,”Pada jenis kanker payudara HER2 positif, ini obat terapi target dapat diberikan secara neoadjuvan (sebelum operasi) dan juga secara adjuvan (setelah operasi), umumnya dikombinasikan dengan obat kemoterapi agar lebih efektif untuk mematikan sel kanker.”

Sri Suharti, Ketua Harian Cancer Information and Support Center (CISC) mengatakan, “Sebagai penyintas kanker payudara, saya sangat memahami kesulitan yang dirasakan para pasien kanker payudara untuk memahami penyakit dan pilihan-pilihan pengobatan yang ada. Terkadang kita terjebak pada mitos dan kekhawatiran yang membuat kita kesulitan untuk mengambil kendali terhadap penyakit kita. Berada dalam komunitas, mempelajari pengetahuan dan fakta medis tentang kanker payudara serta terus berdiskusi dengan dokter merupakan cara kita bisa terus melangkah dan meraih harapan.”

[]Andriza Hamzah

Photo : Ist

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *