Tiada henti hadirkan keindahan lantunan suara dan alat musik yang berbeda di panggung musik. Itulah yang disampaikan oleh pelaku seni dari DAYA Indonesia Performing Arts Academy, merupakan Sekolah Seni Pertunjukkan Tari, Musik dan Drama yang didirikan oleh Prof. DR. Tjut Nyak Deviana Daudsjah D.TH., A.MUS.D, pada 21 tahun lalu. Pada bulan Agustus 2024, panggung di […]
Secara umum, intoleransi laktosa merupakan masalah pencernaan yang dapat menyebabkan banyak ketidaknyamanan pada tubuh penderitanya.
Pada kebanyakan orang, intoleransi laktosa sering dianggap sama dengan alergi susu. Padahal keduanya beda, lho!
“Intoleransi laktosa bukan alergi susu. Keduanya memang memiliki gejala yang sama, namun kondisinya sama sekali berbeda. Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan, sedangkan alergi susu melibatkan sistem kekebalan tubuh,” kata dr. Adam Prabata.
“Intoleransi laktosa dapat menyebabkan banyak ketidaknyamanan, tapi tidak akan menghasilkan reaksi yang mengancam jiwa sebagaimana yang mungkin dihasilkan oleh alergi,” tambah dokter umum ini lagi.
Dalam melakukan metabolisnya, tubuh menggunakan enzim alami yang disebut laktase, untuk mengubah laktosa pada produk susu dan olahannya, menjadi glukosa dan galaktosa, agar kemudian bisa diserap dan digunakan sebagai sumber energi.
Kenali Gejalanya
Gejala intoleransi laktosa tergantung pada frekuensi dan jumlah laktosa yang dikonsumsi. Semakin banyak laktosa yang dikonsumsi, maka gejala yang dialami semakin banyak. Gejala intoleransi laktosa dapat terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah minum susu atau makan produk olahannya. Hal ini bisa terjadi dari level ringan hingga berat.
Pada penderita intoleransi laktosa, tubuh tidak menghasilkan enzim laktase dalam jumlah cukup, sehingga laktosa yang tidak tercerna masuk ke usus besar dan terfermentasi oleh bakteri. Kondisi inilah yang kemudian menimbulkan keluhan, seperti perut kembung, kram perut, mual, diare dan sering buang angin.
Sementara itu pada kondisi alergi susu, terjadi akibat reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terdapat pada susu. Bukan hanya gangguan pada saluran pencernaan, alergi susu juga dapat menimbulkan reaksi atau gejala lainnya, seperti ruam kemerahan yang terasa gatal hingga mengakibatkan sesak napas pada penderitanya.
Menurut National Institute of Diabetes dan Digestive and Kidney Disease (2014), gejala intoleransi laktosa yang terus berulang akan berdampak terhadap kecukupan nutrisi, mengingat susu dan produk olahannya mengandung nutrisi penting, seperti kalsium, vitamin A, B12, dan vitamin D. Jangan lupa, protein pada susu dan produk olahan susu juga merupakan sumber nutrisi yang esensial bagi metabolisme.
“Kemungkinan besar, intoleransi laktosa bersifat jangka panjang dan penderita perlu mengubah pola makan mereka untuk menghindari gejala,” kata dr. Adam Prabata.
Penanganan intoleransi laktosa tergantung pada gejala pada seseorang. Untuk membantu meringankan gejala sehabis mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa, dokter merekomendasikan suplemen enzim laktase yang dijual bebas.
“Namun jangan takut, jika Anda mengalami intoleransi laktosa, bukan berarti tidak bisa menikmati produk susu dan olahannya. Anda masih bisa mengonsumi produk susu bebas laktosa, termasuk susu bebas laktosa, keju, dan yogurt,” lanjut dr. Adam Prabata.
Komsumsi Susu Bebas Laktosa
Saat ini tersedia produk susu bebas laktosa, yang bisa menjadi pilihan keluarga, yaitu Susu UHT Cimory Bebas Laktosa. Selain bebas laktosa, UHT Cimory telah diproses dengan mengedepankan riset, inovasi, dan pengetahuan.
“Sebagai produsen produk makanan dan minuman kemasan berbasis susu, Cimory mengedepankan riset, inovasi dan ilmu pengetahuan. Hal ini mebuat Cimory bisa terus beradaptasi dengan perubahan dan tren,” ujar Presiden Direktur Cimory, Farell Sutantio.
Mengutip dari sebuah penelitian, Farell menyebut, kebanyakan orang dewasa atau sekitar 68% dari populasi Dunia mengalami malabsorpsi laktosa. Di Asia sendiri, penderita intoleransi laktosa bahkan lebih tinggi daripada 68%.
“Sebanyak 95% orang Asia menderita intoleransi laktosa dan Indonesia tercatat sebagai salah satu Negara dengan tingkat toleransi laktosa tertinggi. Hal ini menandakan tingginya kebutuhan produk susu bebas laktosa,” tambah Marketing Manager Cimory, Lidwina Tandy.
Kondisi ini merupakan suatu keprihatinan tersendiri. Namun dengan adanya teknologi maju dan inovasi dari Cimory, maka masyarakat dengan intoleransi laktosa tetap dapat menikmati.
Cimory Fresh Milk terbuat dari susu segar dengan bahan-bahan terbaik yang diproses menggunakan standar canggih, yang kini menghadirkan Susu UHT Cimory Bebas Laktosa. Susu UHT dari Cimory mengandung 100% kebaikan susu sapi, namun bebas laktosa, segar, creamy dan manis alami. Cimory Grup sendiri berbasis di Jakarta, dan memiliki fasilitas manufaktur di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Susu UHT Cimory Bebas Laktosa sangat mudah ditemukan, karena tersedia di minimarket, supermarket, dan toko-toko terdekat Anda.
Untuk informasi lebih lanjut tentang produk Cimory, silakan klik di sini atau kunjungi Instagram Cimory.
Gerakan pergeseran pola makan plant-based memang meningkat, terlebih di tengah pandemi. Faktanya, survei menunjukkan bahwa 90% masyarakat Indonesia mulai mencoba mengonsumsi menu makanan sehat guna meningkatkan imunitas tubuh. Jumlah orang yang lebih giat membeli sayur dan buah kini telah mencapai 62%, dan layanan pesan antar makanan sehat juga telah meningkat sebanyak 7,4%. Selain itu, tren […]
Memperingati Hari Laut Dunia atau World Ocean Day yang jatuh pada tanggal 8 Juni, IKEA Indonesia menunjukkan dukungan dan komitmennya dengan menyediakan menu makanan hasil laut yang diolah dengan prosedur yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan IKEA, merupakan industri ritel pertama di Indonesia yang meraih sertifikasi Chain of Custody (CoC) atau Rantai Pengawasan dari Marine Stewardship Council (MSC) untuk produk salmon yang […]
Walau pun status pandemi Covid-19 sudah berakhir, masyarakat perlu tetap waspada terhadap risiko bahayanya dan mengetahui langkah penanganan yang tepat dan tepat waktu jika terjadi infeksi. Demikian benang merah dari webinar “Sadari Siaga Solusi terhadap Mutasi Virus di Masa Endemi Covid–19”. Acara yang didukung oleh Pfizer Indonesia, dihadiri Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, MSc. […]