Dari meluncurkan jajaran TV QLED terbarunya, Samsung Electronics Co., Ltd., menerima sertifikasi ‘Real Quantum Dot Display’ dari TÜV Rheinland, sebuah lembaga sertifikasi Internasional yang berbasis di Jerman. Sertifikasi ini menegaskan bahwa TV Samsung QLED memenuhi standar global untuk struktur layar quantum dot, sekaligus memperkuat kepemimpinannya sebagai Perusahaan teknologi di pasar TV premium. Menawan tentu. Sertifikasi […]
Tak henti, bahkan terus dan berkesinambungan melakukan beragam inovasi di bidang bisnis pilihan, kuliner dan klub musik, membuat bisnis pilihan wanita bernama Stasha Sahusilawane, 39 tahun, yang menyasar pada ragam tingkat usia, menebar cahaya karena berpesona.
Perjalanan bisnis wanita yang disetiap tanggal 19 November merayakan ulangtahun, ini terasa panjang, hingga akhirnya berlabuh di Jazz Club the Stash. Namun dengan tetap fokus pada apa yang ingin dicapainya, Stasha, demikian akrab Ibu dari dua anak ini a disapa, membiarkan dirinya melalui proses pembelajaran, yang ternyata banyak memberikan hikmah bagi kesuksesannya saat ini.
Siapa mengira, jago tae kwon do dan penikmat musik funk, soul, R&B, hip hop dan jazz, ini pun akhirnya menjadi owner Jazz Club The Stash, sarana hiburan berpadu penyediaan makanan dan minuman, berlokasi di Jalan Kemang Timur
Begini kisahnya :
Perjalanan hingga mengelola klub jazz ?
Perjalanan yang saya alami cukup berliku hingga The Stash hadir. Di sana banyak cercaan, bahan tertawaan dari sejumlah orang di sekitar, yang berujung perih hati hingga air mata ini menetes.
Apa yang saya jalani bertolak-belakang dengan cita-cita saya, yang awalnya ingin menjadi atlet tae kwon do. Tapi karena kurang percaya diri dan ada beberapa hal lainnya, saya memutuskan untuk menjadi seorang pelatih tae kwon do, dan itu pun bukan pelatih profesional, di beberapaa sekolah di Jakarta, di antaranya SD Ora et Labora, SMP Suluh, SMP Marsudirini serta beberapa sekolah.
Berjalannya waktu, saya dikaruniai dua anak. Keadaan ekonomi dan banyak hal yang berubah, dan sebagai single mom, penghasilan dari mengajar saja tidak mencukupi kebutuhan,
Selanjutnya?
Pilihannya saya berjualan makanan hasil masakan sendiri, Saya, sekali pun tidak memiliki kemampuan di bidang memasak, hanya bermodalkan resep yang saya dapatkan dari Ayah, dan ada sedikit uang, disertai modal nekat, saya sewa tempat kecil di kawasan RSPP Jakarta Selatan, untuk berjualan makanan hasil masakan sendiri.
Dari sana, saya pindah di beberapa food court di daerah Kemang, dan berjualan ayam bakar, coto Makasar dan beberapa makanan lainnya. Saya berjualan dari pagi hingga malam hari. Di tengah itu, saya tetap mengajar tae kwon do seminggu tiga kali.Tidak sampai di sana, juga mencari tambahan penghasilan dengan berjualan baby parcel dan rok tutu.
Dari berjualan makanan, Anda memilih mengelola klub jazz. Bagaimana kisahnya?
Berjalannya waktu, saya bertemu seorang teman lama, sebut saja namanya X, memiliki usaha FnB di Jakarta. Kami bicarakan bisnis FnB. Berjalannya waktu, kami memiliki kesamaan pandangan bidang usaha yang digeluti dan pilih. Kami pun kemudian sepakat memulai bisnis bersama. Di sana saya sebagai pemilik. You help me, I help you, itu adalah kalimat yang diutarakan teman saat kami membicarakan bisnis.
Kami memutuskan membuka coffee shop, diberinama FabsterBrew, yang artinya Fabulous and Faster. Saya sebagai pemilik dan X sebagai investor plus sebagai konseptor karena saya kurang pintar dengan sosial media. X-lah yang mengatur bagian tersebut, dan bagian saya seperti yang saya kuasai yaitu mengurus penjualan makanan dan urusan dapur. Berjalannya waktu saya pun belajar sosial media dari teman saya itu.
Konsep usaha yang dirintis bersama teman, dan kelanjutannya ….
Dari berjualanan penganan, konsep yang kami miliki adalah “Family and Friends”, ditujukan i untuk semua kalangan, pria dan wanita dari berbagai tingkat usia. Jadi, di sini juga termasuk Oma dan Opa bisa datang untuk menikmati kopi dan makanan yang ditawarkan, diracik disesuaikan selera tamu.
Berjalanannya waktu, lokasi yang tidak mendukung untuk meningkatkan jumlah pelanggan, menjadi permasalahan dan cukup besar.
Usaha kami pindah dan berada di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Sangat beruntung kami mendapatkan tempat di Kemang, yang paling utama adalah tetangga kami adalah bertetangga dengan kampus DAYA Indonesia Performing Art Academy.
Memiliki tetangga sekolah musik, X juga bisa mewujudkan impian dia membuka jazz club. Maksudnya, apabila kami memiliki program live music, otomatis kami tidak akan memiliki masalah dengan tetangga karena suara bising dari live music yang akan diadakan di tempat kami. Bahkan kami juga bisa berkolaborasi dengan tetangga.
Maka kami termasuk dari salah satu pengusaha yang cukup beruntung, karena para musisi yang ada selalu mendukung perjalanan kami, sehingga sampai pada akhir Desember 2022 FabsterBrew, FabsterStage masih bisa bertahan. FabsterStage juga termasuk salah satu tempat Jazz Club terbaik di Jakarta, yang pada akhirnya juga harus saya tutup. Ssaha bersama dengan teman pun selesai.
Namun, 31 April 2023 FabsterBrew, FabsterStage closed permanently and finally 1 April 2023 “The Stash”, “Stashed The Jazz” is born. The Stash sendiri artinya store (something) safely and secretly in a specified place. Dan tashed The Jazz artinya Keeping all the good Jazz in a great place.
Re–branding yang Anda lakukan?
Saya memutuskan untuk re–branding. Artinya saya melepaskan diri dari X untuk bisnis ini secara sendri. Walau pun secara hukum, FabsterBrew dan FabsterStage adalah milik saya, tapi akan lebih baik untuk saya mengganti nama tempat dengan nama yang baru.
New Identity for this place means a lot to me. Walau pun artinya juga saya harus memulai dari 0, tetapi berkat dukungan alam semesta, Ibu dan kedua anak saya serta para musisi juga para customers, saya percaya tempat ini bisa menjadi berkat untuk saya dan keluarga saya, rejeki untuk para karyawan yang bekerja di tempat ini, rejeki untuk para musisi yang melakukan gig di tempat ini serta menjadi tempat hiburan untuk keluarga serta teman bagi para customers.
Ke depan, apa yang diraih dan apa yang membuat Anda bahagia ?
Saya menjalani kesemua ini dengan semestinya saja. Dan itu yang membuat saya bahagia. Juga ketika selalu beriring dengan keluarga, orangtua, dan tentu para karyawan, serta para customer.
Jakarta, 18 Agustus 2018 – Berlatar belakang event musik Internasional terbesar di Indonesia dan Asia, dibumbui dengan cerita penuh intrik tak terduga dan romansa cinta, film “Menunggu Pagi” produksi IFI Sinema, dibungkus apik hingga berpesona oleh Teddy Soeriaatmadja, Sutradara sejumlah film yang di antaranya ‘Banyu Biru’ (2005), ‘Ruang’ (2006), dan remake ‘Badai Pasti Berlalu’ (2007). […]
Memimpin dan mengelola perusahaan yang kompetitif di bidang minyak pelumas, oli, tidak menjadikan hambatan bagi Haryono untuk terus melangkah maju, dan meraih sukses. Beriring, ia tak lepas membaca dan tidak henti mempelajari perkembangan Dunia bisnis oli Tanah air. Pria kelahiran tahun 1977 di Jakarta, ini semakin mantap untuk berada di bidang bisnis minyak pelumas hasil […]
Wanita ini boleh disebut sebagai Kartini modern. Cantik, cerdas, berprestasi, dan memiliki karier yang memang menjadi impiannya, Praktisi Hukum. Jakarta, 12 Agustus 2018 – Walau sempat bersentuhan di dunia entertainment, — model iklan dan video klip — namun Dea Tunggaesti, demikian nama wanita kelahiran Solo 26 September 1982, ini tetap memenuhi panggilan hidupnya sebagai seorang […]