Bersentuhan. Tepatnya dalam rangka Bulan Kesadaran Kanker Perut atau Kanker Lambung yang diperingati setiap bulan November, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) — organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker — menyelenggarakan diskusi tentang kanker perut dan nutrisi sehat untuk pencegahannya. Tentu, dari diskusi yang diselenggarakan YKI, berlangsung di […]
Kanker lambung, kiranya tanda-tanda awalnya jarang terdeteksi oleh pasien. Sebabnya, kebanyakan pasien mengira gejalanya sebagai sakit maag biasa.
Terkait
untuk mengingatkan masyarakat agar mewaspadai faktor-faktor resiko dan gejala kanker lambung, Yayasan
Kanker Indonesia (YKI) didukung oleh Taiho Pharma Singapore PTE. LTD.
Jakarta Representative Office (Taiho), pada 15
November 2020 melaksanakan webinar bertajuk “Penyakit
Lambung Biasa atau Kanker Lambung?”
Ketua Yayasan Kanker
Indonesia, Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP menyampaikan, “YKI mengajak
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akan kanker lambung
yang seringkali dikira sebagai sakit maag
atau gastritis, sebab cenderung
tidak bergejala pada stadium awal. Karenanya, sebagian besar pasien datang
terlambat dan sudah pada stadium lanjut.”
“Angka kejadian kanker lambung di Indonesia memang tidak terlalu tinggi tetapi bukan berarti tidak ada sama sekali. Kami berharap, melalui edukasi ini masyarakat memiliki pemahaman akan upaya pencegahan maupun deteksi dini kanker lambung,” demikian kata dr. Ervina Hasti Widyandini, General Manager Taiho Pharma Singapore PTE. LTD. Jakarta Representative Office.
Faktor Resiko : Rokok, Alkohol, Diet
Prof. Aru Sudoyo menambahkan penjelasan mengenai faktor-faktor resiko
terkena kanker, sekitar 5-10% yang diakibatkan oleh faktor genetika. Sedangkan 90-95%
lebih disebabkan oleh faktor lingkungan yang meliputi diet (30-35%), rokok (25-30%), infeksi (15-20%), obesitas (10-20%), alkohol (4-6%) dan
lain-lain (10-15%). “Dengan demikian, kanker dapat dicegah dengan
pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker,” ujar Prof. Aru Sudoyo.
Faktor resiko
kanker lambung, cenderung banyak diderita oleh pasien berusia 60-80 tahun, dan
disebabkan oleh Helicobactor pylori,
rokok, obesitas, makanan yang
diproses atau diasinkan, dan genetika.
“Diagnosis dan terapi pada stadium dini
tentunya diharapkan akan memiliki tingkat keparahan dan prognosis yang lebih baik katimbang
bila dideteksi dan diterapi ketika sudah masuk stadium lanjut. Untuk itu
penting sekali untuk kita dapat mengenali gejala-gejala gangguan lambung apa
saja yang harus kita waspadai dan ditindaklanjut.
Jadi apakah berupa penyakit lambung biasa yang umum dikenal sebagai
sindroma dyspepsia atau kah mengarah ke keganasan atau
kanker lambung,” tambah dr. Ervina Hasti Widyandini.
Agar tidak terlambat
melakukan deteksi dini kanker, masyarakat perlu mewaspadai gejala umum kanker,
seperti terjadinya benjolan, rasa lemah dan lesu, berat badan menurun drastis, nyeri yang tidak hilang, buang air besar (bab ) berubah pola,
suara menjadi bindeng atau serak, nafsu makan hilang, mual dan
muntah, nyeri perut, tahi lalat membesar dan
meradang, perdarahan di waktu tidak
lazim atau lama serta bab dan
batuk berdarah.
Prof. Aru Sudoyo
menjelaskan ada 6 situasi yang perlu diwaspadai sebagai gejala
kanker lambung. Situasi pertama adalah
adanya nyeri abdomen yaitu nyeri perut atau abdomen yang awalnya terasa ringan, namun karena sibuk
sehingga tidak diperhatikan, dan tidak hilang dengan makan. Maka lama kelamaan nyeri semakin berat sampai tak tertahankan.
Situasi kedua adalah
di mana seseorang mulai sulit menelan makanan.
Ini terjadi bila tumor berlokasi di daerah kardia atas,
maka akan terjadi penyempitan. Makanan terasa
“tersangkut” di daerah dada, terpaksa minum air
yang banyak, namun kemudian akan naik balik ke
atas atau juga disebut dengan “gastroesophageal reflux” atau gerd.
Situasi ketiga adalah
rasa mual dan muntah pada waktu makan.
Hal ini terjadi bila tumor terletak dekat dengan jalan masuk ke usus halus atau pylorus.
Hambatan lewatnya makanan akan
mengirim sinyal ke otak bahwa makanan “harus dikembalikan ke atas”.
Situasi keempat
adalah semakin merasa cepat kenyang dengan terisinya ruang lambung oleh tumor, sehingga semakin sedikit
makanan yang masuk tubuh. Hal ini
terjadi terutama pada kanker lambung
jenis “difus” di mana sel-sel tumor mengambil permukaan luas lambung, dimana elastisitas lambung berkurang.
Situasi kelima
terjadi penurunan berat badan secara drastis, bisa karena sulitnya makanan turun atau karena muntah, serta makanan dan nutrisi akan
berkurang.
Situasi keenam adalah
mulai terjadi perdarahan, di mana tumor
atau kanker menembus lapisan dalam
lambung. Bila perdarahan masih sedikit, tidak menampakkan adanya gejala. Namun pada perdarahan besar, berakibat pada
hematemesis atas atau melena bawah
dengan gejala anemia.
“Dengan mewaspadai
gejala kanker lambung, masyarakat diharapkan segera melakukan deteksi dini
kanker agar dapat disembuhkan pada stadium awal,” tutup Prof. Aru Sudoyo.
Kemudahan dan kelancaran dapat memesan obat secara online dan mengambilnya sendiri di apotek pilihan, adalah yang diidamkan banyak pengguna, bisa mungkin termasuk Anda. Kelancaran ini, kiranya dihadirkannya Aloshop, bagian dari ekosistem layanan kesehatan terintegrasi Alodokter, yang mengedepankan metode baru pengambilan obat sendiri (self-pickup). Melalui fitur terbaru Aloshop ini, pengguna kini dapat memesan obat secara online […]
PT Unilever Indonesia, Tbk. melalui Pepsodent bersama Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI) serta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dalam menyambut Hari Kesehatan Gigi Nasional, meresmikan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2022 di Gelora Bung Karno. Melalui tema “Pulih Bersama dengan Senyum […]
Cukup memperihatinkan, bahkan sangat perlu menjadi perhatian khusus, melihat data World Health Organization (WHO), yang menunjukkan, bahwa 1 dari 8 wanita di Dunia saat ini akan terdiagnosa kanker payudara. Di Indonesia, insiden kanker payudara dialami oleh 30 dari 100.000 wanita Indonesia . “Kanker payudara tergolong dapat diobati apabila terdeteksi saat stadium awal. Maka sangat baik […]