Autoimun, penyakit yang meliputi 10% populasi dengan keterlibatan organ yang berbeda, kiranya menjadi ancaman nyata yang harus disikapi dengan langkah preventif mau pun kuratif. Autoimun merupakan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan kawan dan lawan, sehingga menyebabkan keluhan kesehatan kronis, bahkan dapat kematian jika menyerang organ vital. Minimnya pengetahuan masyarakat di Indonesia […]
Gaya hidup merupakan salah satu kunci kesehatan seseorang dari paparan penyakit, baik penyakit menular mau pun penyakit tidak menular, seperti kanker ginjal.
Walau masih jarang dibicarakan, kanker ginjal dan Renal Cell Carsinoma (RCC) atau Karsinoma sel ginjal merupakan jenis kanker ginjal yang paling umum.
Dapat dilihat, kejadian baru kanker ginjal di Indonesia, menurut data GLOBOCAN 2020, kejadian baru kanker ginjal di Indonesia sebanyak 2.394 dengan 1.358 kematian (57%) akibat kanker ginjal. Sementara di Dunia, terdapat 431.288 kasus baru dengan 179.368 (41%) kematian.
Berdasarkan data Survailans, Epidemiologi dan Hasil Akhir (SEER) dari the American Cancer Society yang dikelola oleh the National Cancer Institute (NCI), secara keseluruhan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker ginjal adalah 75%, namun pasien kanker ginjal stadium lanjut dengan metastasis memiliki tingkat kelangsungan hidup 5 tahun jauh lebih rendah yaitu sebesar 13%.
Anggota Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia (YKI) yang juga Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik, dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM, mengatakan, “Kebanyakan RCC didiagnosis pada usia di atas 60 tahun dan ditemukan pada stadium awal, namun tidak sedikit pasien yang didiagnosis pertama kali dan sudah berada pada stadium di mana kanker ginjal telah mestastatik atau pada stadium lanjut, sehingga memerlukan perawatan yang seksama dan tepat agar kualitas hidup pasien dapat terus terjaga.”
dr. Nadia Mulansari melanjutkan penjelasannya, bahwa RCC adalah sel ganas yang tumbuh pada tubulus ginjal. Sebagai jenis kanker yang agresif, RCC dapat menyebar ke organ lainnya seperti paru-paru, hati, dan otak, sehingga sangatlah penting untuk lebih peka dalam merasakan dan mengetahui tanda dan gejalanya sejak awal.
Pada stadium dini, biasanya kanker ginjal tidak menimbulkan tanda atau gejala apa pun dan diagnosis biasanya dicurigai berdasarkan temuan insidental, baik dengan CT, MRT atau pun biopsi.
Namun pada stadium lanjut, pasien kemungkinan dapat merasakan gangguan seperti adanya darah dalam urin, urin berwarna kemerahan, nyeri punggung bawah di satu sisi meski tidak ada cedera, terdapat benjolan di samping atau punggung bawah, sering terasa lelah dan kehilangan selera makan, berat badan turun meski tidak melakukan diet, demam yang tidak kunjung sembuh meski tidak terdapat infeksi, serta kurangnya sel darah merah atau anemia.
“Jika seseorang merasakan gejala-gejala tersebut, maka perlu untuk segera berkonsultasi dengan dokter,” ujar dr. Nadia Mulansari.
Selain itu, masyarakat perlu mengetahui faktor resiko yang dapat berakibat terjadinya kanker ginjal. Faktor resiko utama adalah kebiasaan merokok dan obesitas, disusul dengan faktor lainnya seperti tekanan darah tinggi, penyerapan cairan tidak mencukupi, jenis kelamin di mana laki-laki lebih mungkin terkena daripada wanita, riwayat keluarga terkena kanker ginjal, paparan di tempat kerja, seperti lingkungan dengan bahan kimia tertentu, konsumsi alkohol dan obat penghilang rasa sakit dalam jangka waktu lama.
Namun demikian dr. Nadia Mulansari melanjutkan keterangannya, “Faktor resiko terkena kanker hanya 5-10% yang diakibatkan oleh faktor genetika, sedangkan 90-95% lebih disebabkan oleh faktor lingkungan. Maka jika mau sehat, berhentilah merokok dan jagalah berat badan yang ideal, jagalah tekanan darah agar tidak tinggi, konsumsi makanan yang sehat seperti buah-buahan dan sayuran, dan berolah ragalah secara teratur.”
Ada pun pengobatan RCC meliputi pembedahan seperti nefrektomi atau pengangkatan tumor dari ginjal, dilanjutkan dengan terapi sistemik. Jika kedua ginjal sudah diangkat, maka pasien perlu menjalani cuci darah seumur hidupnya. Dengan kemajuan pengobatan, kini pasien RCC dapat memanfaatkan pengobatan imunoterapi atau terapi biologis. Terapi lainnya meliputi terapi target di mana pengobatan ditargetkan hanya ke sel kanker saja sehingga efek terhadap sel sehat minimal.
“Pilihan perawatan akan menyesuaikan dengan keadaan stadium RCC yang dialami pasien, hal ini agar kualitas hidup pasien dapat berlangsung baik,” ungkap dr. Nadia Mulansari.
dr. Nadia Mulansari mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu mewaspadai jika terdapat gejala seperti BAB berdarah dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk didiagnosis. “Jika dideksi dan dirawat sejak dini, maka kemungkinan pulih lebih besar,” jelasnya.
Perkembangan Dunia yang begitu cepat dalam beberapa bulan terakhir, terutama dalam bidang Kesehatan publik, telah menimbulkan kekhawatiran banyak pihak. Di penghujung tahun 2019, virus terbaru dari gugus Coronavirus yang disebut COVID-19, menyeruak dan melanda Dunia, ini utamanya ditemukan pada cairan di tenggorokan dan hidung. Penularannya melalui droplet (cairan batuk atau bersin), dan seperti kita ketahui […]
Jakarta, 14Mei 2018: PT. Galenium Pharmasia Laboratories merupakan perusahaan farmasi yang berpengalaman dan berdedikasi lebih dari 30 tahun dalam industri perawatan kulit dan obat-obatan di Indonesia, hari ini kembali menegaskan komitmennya untuk selalu peduli pada kesehatan kulit dengan menghadirkan Oilum, The Dry Skin Expert, dalam kemasan baru sebagai rangkaian perawatan kulit pertama di Indonesia dengan Hydro Rebalance System TM yang diformulasikan olehDermatologist. […]
Pada era Beauty 4.0, ini tampil sempurna bagi banyak wanita juga pria dari ragam tingkat usia, dimulai remaja, dan dengan ragam latar belakang profesi, sudah semakin merupakan kebutuhan. Dengan tampilan sempurna, adalah kulit wajah dan tubuh bening yang merupakan gambaran kulit sehat, memanglah untuk eksistensi dan aktualisasi diri seseorang di media sosial. Lebih dari itu, […]