Gangguan pada kesehatan paru-paru yang paling sering terjadi pada perokok adalah berakibat mengidap kanker. Melihat data GLOBOCAN 2020, ditemukan, 90% kasus kanker paru pada pria dan 80% pada wanita yang memiliki riwayat merokok. Dan, kanker paru merupakan penyebab kematian kanker tertinggi di Indonesia dengan 84 orang meninggal dan 95 kasus baru terdiagnosa setiap harinya.
Angka kejadian kanker (prevalensi) di Indonesia meningkat mencapai 30% sejak tahun 2013 hingga 2018, sementara 58% prevalensi berada di Kota-Kota besar. Demikian menurut RISKESDAS 2018. Dan ada pun 85% sampai 95% kanker paru adalah dari jenis “kanker paru-paru bukan sel kecil” atau disebut juga dengan kanker sel gandum, terdiri atas 10% hingga 15% dari seluruh jenis kanker paru dengan sifat cenderung menyebar dengan cepat.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran tentang kanker paru dan lanjutan kampanye #HarapanBaru yang diluncurkan pada bulan Juni lalu, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) melanjutkan kerja sama dengan Perusahaan farmasi multinasional Merck Sharp & Dohme (MSD), dengan mengadakan webinar bertema “Mengenal Imunoterapi Sebagai Harapan Baru Bagi Pasien Kanker Paru”, di penghujung Agustus 2022.
“Kanker paru adalah jenis kanker yang kejadiannya paling tinggi pada pria di Indonesia, karena 95% kanker paru akibat lingkungan, gaya hidup, dan kebiasaan merokok, dalam hal ini Indonesia menempati posisi nomor satu dalam jumlah perokok pria dewasa di Dunia,” kata Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP.
“Gejala pada kanker paru seringkali tidak tampak pada stadium awal. Saat ini menunjukkan, 60% pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut, sebab seringkali kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC. Masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor resiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk perawatan inovatif terkini sebagai harapan baru bagi pengobatan kanker paru,” tambahnya.
Dalam webinar media YKI – MSD, Dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medic, menjelaskan bahwa 90% dari kasus kanker paru pada pria dan 80% pada wanita datang dari sejarah merokok atau perokok pasif.
“Sebagai pengetahuan dasar, masyarakat perlu memerhatikan gejala awal kanker paru untuk mendapatkan diagnosis yang cepat sebagai dasar pemberian pengobatan yang tepat. Jika kanker paru ditemui pada stadium awal, maka harapan hidup pasien lima tahunan akan lebih tinggi,” lanjut Dr. Andhika Rachman.
Dalam pengobatan kanker paru, Dr. Andhika menjelaskan, terdapat pertimbangan yang dianalisis Dokter untuk memilih pengobatan kanker paru. Pertama, dari status keadaan pasien bagaimana fungsi organnya, apakah terdapat komorbiditas, kepatuhan dalam perawatan, harapan serta preferensi pasien.
Kedua, dilihat dari kondisi tumor seperti stadium kanker, jenis sel kanker, alat penguji lanjutan yaitu Biomarker prediktif seperti EGFR, PD-L1, dan ALK. Ketiga, untuk memilih modalitas pengobatan hal-hal yang dipertimbangkan meliputi mekanisme kerja pengobatan, toksisitas yang diharapkan, terapi yang sebelumnya dijalankan pasien, dan ketersediaan pengobatan.
Dengan perkembangan sains pengobatan kanker paru di Dunia medis, kemoterapi bukan lagi terapi yang tepat untuk semua pasien kanker paru. Saat ini, untuk beberapa mutasi kanker paru, seperti mutasi EGFR atau ALK, telah tersedia berbagai pengobatan inovatif yang termasuk golongan terapi target.
Dr. Andhika menunjukan, kanker paru bukan sel kecil pada stadium lanjut, jika diobati dengan kemoterapi standar, dan dapat memiliki harapan hidup rata-rata hingga 8 bulan. Sedangkan pasien kanker paru yang diagnosa dengan mutasi EGFR positif, jika diterapi dengan kombinasi kemoterapi dan terapi target EGFR inhibitor dapat mempunyai harapan hidup secara keseluruhan mencapai 11,5 bulan.
Sementara itu, pasien yang telah didiagnosa dengan mutasi ALK positif, jika mendapatkan pengobatan kombinasi kemoterapi standar dengan terapi target ALK inhibitor, dapat memperpanjang angka kelangsungan hidup bebas progresi pasien.
Pada kesempatan yang sama, dr. Mellisa Handoyo Wiyono (Country Medical Lead, MSD Indonesia) menyampaikan bahwa Strategi Harapan Baru untuk kanker memiliki tiga pilar. Pertama : pentingnya dukungan keluarga. Kedua : Pentingnya memiliki akses kepada modalitas pengobatan yang optimal. Ketiga : memiliki semangat hidup yang tinggi.
Perlunya mengetahui gejala awal kanker paru, yang dapat berupa batuk terus-menerus; nyeri dada yang memburuk bersama pernapasan dalam, batuk, atau tertawa; suara serak atau sesak napas; penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan; batuk darah atau dahak yang berwarna karat; mudah lelah; infeksi persisten, seperti bronkitis dan pneumonia.
[]Andriza Hamzah
Photo Dok. PR Emerson