Berkolaborasi dengan pakar seni warna dan duo desain asal Belanda, Raw Color, IKEA menghadirkan koleksi terbatas TESAMMANS. Merupakan koleksi yang menampilkan perlengkapan rumah tangga sehari-hari yang menginspirasi masyarakat dalam menghadirkan kegembiraan dan karakter warna-warni ke dalam rumah. Warna bisa menyegarkan suasana ruang, menawarkan gaya baru serta memiliki kekuatan untuk membangkitkan kegembiraan. Ekspresi visualnya dapat berubah ketika berinteraksi […]
Resistansi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) merupakan ancaman serius bagi kesehatan global. Hal itu terkait laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa 700.000 kematian di seluruh Dunia terjadi pada tahun 2017 akibat AMR. Yang apabila tidak dikendalikan secara optimal, kondisi ini adalah sebuah pandemi senyap yang mengancam hingga 10 juta kematian setiap tahun pada tahun 2050.
Penyebab AMR adalah penggunaan antimikroba, termasuk antibiotik, secara tidak rasional. Menurut hasil studi, antibiotik dapat dibeli tanpa resep di 64 persen Negara Asia Tenggara. Lebih lanjut, hasil survei menyebut hampir 87 persen rumah tangga di Indonesia menyimpan antibiotik.
Maka penanganan AMR di Indonesia memerlukan kolaborasi dan koordinasi menyeluruh antara pihak Daerah dan Nasional.
Untuk terus memperkuat kolaborasi dan dukungan yang telah dilakukan oleh Kemendikbudristek RI dan USAID selama 3 tahun terakhir, dukungan Pfizer Indonesia dalam program Desa Bijak Antibiotika (SAJAKA) yang diprakarsai oleh One Health Collaboration Center (OHCC) Universitas Udayana, program SAJAKA tahun ini menitikberatkan pelibatan keluarga, tenaga kesehatan dan siswa sekolah sebagai agen perubahan.
Dalam praktiknya, SAJAKA mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Tabanan, serta sejumlah asosiasi, dan perguruan tinggi di Bali. Cakupan program SAJAKA tahun ini juga berkembang, meliputi kegiatan edukasi dan sosialisasi di rumah tangga dan sekolah, mempersiapkan para kader Desa, serta penandatanganan nota kesepahaman penanganan AMR di empat Desa.
Menurut Ketua OHCC Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK (K), “Temuan kami pada periode program sebelumnya membuat kami bisa menentukan langkah strategis, termasuk memilih pendekatan dan mitra yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penggunaan antibiotik. Komunitas perempuan melalui Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah para pengambil keputusan dalam hal kesehatan keluarga. Sedangkan anak-anak adalah perpanjangan tangan kami di tingkat sekolah agar kesadaran ini dapat tumbuh secara berkelanjutan di masa mendatang.”
INyomanWahyaBiantara, Kepala Desa Bengkel yang juga telah mendukung program SAJAKA tahun 2022-2023, sekaligus kader edukasi penggunaan antibiotik di Desa Bengkel mengatakan, “Sosialisasi penggunaan antibiotik secara sederhana dan sesuai dengan kultur setempat membuat edukasi ini diterima dan mudah dipahami oleh masyarakat desa. Kami senang program ini terus berlanjut dan kami dapat terus terlibat menjadi kader pencegahan AMR di lingkungan kami.”
Prof. dr. Agus Suwandono, MPH., Dr.PH., Koordinator INDOHUN mendukung keberlanjutan program ini dan menyampaikan, “Keberlanjutan SAJAKA perlu dijaga bersama-sama oleh semua sektor, baik itu kesehatan manusia, hewan, mau pun lingkungan. Replikasi program ke kabupaten dan pulau lain dengan menggunakan pendekatan kreatif seperti yang dilakukan di Bali ini juga perlu dilakukan. Bukan semata- mata karena ini adalah program yang sudah kita bangun bersama, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran dan melindungi masyarakat.”
Sejalan dengan Koordinator INDOHUN, Dr. Sri Suning Kusumawardani, ST., MT., Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbud RI menyampaikan, “Keselarasan kolaborasi antara kalangan akademik di Perguruan Tinggi dan Dunia Industri harus terus dioptimalkan untuk menjamin keberlanjutan program yang berdampak kepada masyarakat. Program ini menjadi bukti nyata kolaborasi lintas sektor yang dapat memperkuat karakter mahasiswa sebagai generasi muda yang solutif dan inovatif untuk membangun masyarakat, dimulai dari desa, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.”
Untuk terus memperkuat kolaborasi dan dukungan yang telah dilakukan oleh Kemendikbudristek RI dan USAID selama 3 tahun terakhir, dukungan Pfizer Indonesia dalam program SAJAKA menunjukkan komitmen sektor privat untuk aktif terlibat dalam upaya penanganan AMR.
“Keterlibatan Pfizer Indonesia dalam SAJAKA menegaskan komitmen kami sebagai produsen obat-obatan antimikrobainovatif untuk mengambil peran dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Upaya ini adalah bagian dari program kami mencegah AMR di tengah masyarakat, selain kami juga terus berupaya mencegah risiko AMR di fasilitas-fasilitas layanan kesehatan seperti melalui gerakan Jitu di ICU dalam Tata Laksana Pemberian Antimikroba yang Bijak dan Rasional: Tepat Waktu, Tepat Pasien, Tepat Guna”, kata Policy & Public Affairs Director Pfizer Indonesia & The Philippines Bambang Chriswanto.
“Keterlibatan Pfizer Indonesia adalah contoh bahwa mitra dari sektor swasta dapat berkontribusi dan memberi dampak positif terhadap penanganan AMR dari komunitas terendah di tingkat desa,” kata dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK(K), Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan RI.
Diperkirakan terdapat 2,1 juta kasus kanker paru-paru, dan 1,8 juta kematian pada 2018 di seluruh dunia. Maka, tingkat kematian karena kanker paru-paru merupakan yang paling tinggi untuk kanker. Di Indonesia tercatat, 14% dari total kematian karena kanker disebabkan oleh kanker paru yang menjadikan penyakit fatal ini sebagai kanker pembunuh nomor . Sementara sebenarnya, di sisi […]
Penyakit Autoimun merupakan suatu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang tubuh sendiri. Ada ratusan jenis penyakit autoimun, salah satu yang sering diperbincangkan adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau Radang Usus. Karena itu, perlu mewaspadai penyakit Autoimun yang penyebabnya tak lepas dikarenakan beberapa hal yaitu merokok, memiliki riwayat infeksi, sering mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), […]
Ramadan adalah momen tepat bagi masyarakat untuk menjaga atau meningkatkan kesehatannya dengan menjaga kadar glukosa darah dan tekanan darah normal. Puasa, menahan diri untuk tidak makan dan minum selama kurang lebih 12 jam dimulai saat fajar dan berakhir saat berbuka puasa di waktu Maghrib, sehingga tubuh tidak mendapat asupan kalori selama periode tersebut. Selama berpuasa, tubuh […]