Literasi adalah tentang upaya memperoleh dan mengolah informasi. Di era digital saat ini memperoleh informasi tidaklah sekadar kemampuan membaca dan menulis tetapi juga melibatkan pemahaman dan komunikasi yang kompleks melalui berbagai media. Meski pun demikian membaca buku tetaplah upaya memperoleh dan mengolah informasi yang paling utuh. Maka mendorong minat anak untuk membaca buku dirasakan semakin […]
Berkandungan hal menarik dari Seminar awam bertema “Pahami Depresi, Cegah Bunuh Diri”.
Seminar secara daring yang diselenggarakan Johnson & Johnson Indonesia dan RS Metropolitan Medical Center (MMC), dalam rangka memperingati “Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia”. (World Suicide Prevention Day/WSPD) yang diperingati setiap tanggal 10 September, ini bertujuan untuk membantu masyarakat mengenali gejala depresi, membantu menurunkan stigma serta menghimbau masyarakat untuk mencar ipengobatan yang tepat.
Terasa menawannya, acara seminar awam, dengan pembicara dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ, Sbsp.Ad.(K), MPH dari Poli Psikiatri di RS MMC, — dihadiri oleh hampir 400 peserta secara daring – mengetengahkan kenali gejala depresi, membantu menurunkan stigma serta menghimbau masyarakat untuk mencari ipengobatan yang tepat.
Ada pun paparan yang disampaikan mencakup tiga topik utama, yaitu : (1) Apa itu depresi (2) Bagaimana mekaniske dan pencegahan bunuh diri; serta (3) apa perkembangan terkini untuk terapi depresi dan bunuh diri.
Karenanya, melalui kegiatan ini, Johnson & Johnson Indonesia bersama RS MMC berharap dapat mendukung kesehatan mental di Indonesia dan mengajak semua pihak, termasuk masayarakat awam dan rekan Media, untuk bersama-sama memerangi stigma dan peduli terhadap kesehatan mental khususnya dalam memahami depresi.
Lebih jauh digambarkan sesuai yang terasakan, kiranya depresi masih belum terlalu dipahami dengan baik di berbagai Negara, termasuk Indonesia, Maka stigma dan kesadaran yang rendah menghambat akses pasien terhadap pengobatan. Kurangnya pemahaman akan perbedaan tentang jenis depresi di antara pasien dan masyarakat pada umumnya dapat membuat gejala dan pengalaman penderita sering dianggap sama saja.
Tentu menawan dan bernilai begitu indahnya dari seminar awam inim yang juga bertujuan membantu masyarakat awam mengenali gejala depresi dan memahami bahwa depresi tidak semuanya sama, melainkan sebuah spektrum, sekaligus bertujuan untuk menurunkan stigma serta menghimbau masyarakat untuk mencari pengobatan yang tepat. Mampu mengenali gejala depresi dapat membantu masyarakat untuk segera mencari bantuan profesional sejak dini dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Catatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa depresi menyumbang 4,3% dari beban penyakit global dan akan menempati peringkat sebagai kontributor utama pada tahun 2030. Depresi akan menjadi beban penyakit nomor satu di Negara maju dan seluruh dunia.
Berdasarkan data IHME 2019, dari sekitar 970 juta orang di Dunia yang menderita gangguan jiwa, diperkirakan sekitar 28.9% di antaranya merupakan gangguan depresi sehingga hal tersebut perlu menjadi perhatian khusus. Indonesia sendiri sampai saat ini masih memiliki rasio jumlah dokter jiwa (terhadap populasi) yang relatif rendah dibandingkan Negara-Negara Asia Tenggara lainnya.
Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs of Johnson & Johnson Innovative Medicine in Indonesia, Malaysia & Phillipines mengatakan, “Kita perlu menghilangkan stigma terhadap depresi di Indonesia mengingat kondisi ini dapat diobati, terutama ketika orang dapat mengenali gejalanya sejak dini dan mencari pengobatan jika diperlukan.”
Lanjutnya,”Tentu, kami senang dapat bekerjasama dengan RS MMC dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan membahas masalah depresi ini serta mendorong masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, dan mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan dari para ahli.”
Beberapa gejala gangguan depresi mayor adalah rasa sedih yang terus menerus, pesimis, rasa tidak berdaya, gampang tersinggung, insomnia, sulit makan, menarik diri hingga melakukan usaha untuk bunuh diri. Maka, apabila Anda atau keluarga atau teman Anda mengalami gejala-gejala tersebut dan dugaan menderita gangguan depresi mayor, terutama bila ada niat untuk melukai diri sendiri dan/atau bunuh diri, maka sangat disarankan untuk segera berkonsultasi pada tenaga kesehatan jiwa profesional, seperti psikiater, dokter umum, atau psikolog.
Mitos umum tentang depresi adalah bahwa gangguan ini tidak dapat diobati. Namun, sebenarnya depresi adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling bisa diobati. Tanpa pengobatan, penyakit dan gangguan jiwa dapat memengaruhi hubungan individu dengan keluarga dan teman-teman mereka, karir profesional dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Orang yang menderita depresi dapat menghadapi konsekuensi yang berbahaya dan bahkan fatal karena hampir tidak mungkin mereka mampu menghadapi depresi sendirian. Karenanya, meningkatkan kesadaran tentang depresi adalah salah satu langkah pertama untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.
Minyak zaitun atau olive oil. Tak sedikit orang beranggapan minyak zaitun tidak dapat digunakan untuk memasak makanan Indonesia. Mulai dari ‘tidak cocok dengan cita rasa Indonesia”, tidak bisa digunakan untuk menggoreng, sementara — kebanyakan — masyarakat Indonesia lekat dengan penganan yang digoreng. Bahkan, dikira “minyak zaitun tidak dapat digunakan untuk suhu tinggi”. Namun berjalannya waktu, […]
Gangguan pada kesehatan paru-paru yang paling sering terjadi pada perokok adalah berakibat mengidap kanker. Melihat data GLOBOCAN 2020, ditemukan, 90% kasus kanker paru pada pria dan 80% pada wanita yang memiliki riwayat merokok. Dan, kanker paru merupakan penyebab kematian kanker tertinggi di Indonesia dengan 84 orang meninggal dan 95 kasus baru terdiagnosa setiap harinya. Angka […]
Walaupun cerita tentang sakit gigi sudah banyak menjadi topik pembicaraan tapi ternyata terbilang banyak juga masyarakat yang masih termakan oleh mitos. Mana kah yang fakta dan mana yang mitos? Berikut keterangan menarik dari Kepala Departemen Konservasi Gigi, FKG Universitas Prof. Dr. Moestopo (UPDM) Jakarta, Dr. drg. Rina Permatasari, SpKG, mengenai : Kasus 1 : Menggunakan […]