Di penghujung taun 2018 diperkirakan di Indonesia terdapat sejumlah 5.800 bayi lahir dengan Bibir dan Lelangit Sumbing, — demikian menurut World Health Organization — perlu menjadi perhatian segala lapisan masyarakat untuk secara bersama turut mencegah dan mengatasi.
Tak terelakkan, keberadaan anak lahir dengan bibir dan lelangit sumbing, merupakan beban masalah kesehatan, dan juga gangguan kelanjutan dalam berkegiatan.
Hanya saja, kadang terabaikan.
Maka bila Cleft and Craniofacial Center (CCC) RSCM–FKUI, didirikan, berkaitan dengan masalah kesehatan Bibir dan Lelangit Bibir Sumbing. Dan menandai peringatan Kepedulian Bibir dan Lelangit Sumbing yang jatuh pada bulan Juli, CCC RDCM-FKUI menggelar “Cleft and Craniofacial Awareness and Prevention Month”.
Secara lebih dekat, Cleft and Craniofacial Center RSCM-FKUI merupakan pusat pelayanan multidisiplin untuk penatalaksanaan Bibir dan Lelangit Sumbing serta kelainan kraniofasial lainnya.
Unit berada di bawah Divisi Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik, Departemen Medik Ilmu Bedah, RS Cipto Mangunkusumo dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ini menyediakan berbagai layanan. Tidak hanya pembedahan, namun CCC juga melayani terapi lainnya seperti terapi wicara, makan, dan gigi oleh tenaga medis yang telah terlatih di bidangnya masing-masing.
Cleft and Craniofacial Center RSCM-FKUI menawarkan pelayanan terpadu untuk penderita bibir dan lelangit sumbing yang meliputi pelayanan sejak dini, sesuai tahap pertumbuhan dan perkembangan, multi dan interdisiplin, serta berkesinambungan.
Menurut Direktur Utama RSUPN Cipto Mangunkusumo, dr. Lies Dina Liastuti, SpJP, MARS, pelayanan terpadu di Cleft and Craniofacial Center RSCM-FKUI tentunya menjadi solusi bagi para orang tua yang memiliki anak dengan bibir dan lelangit sumbing.
“Sebagai rumah sakit umum Pemerintah yang juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan, kami senantiasa terpacu untuk berinovasi demi meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kasus bibir dan lelangit sumbing pada anak yang cukup tinggi dan kompleks inilah yang mendasari RSCM melahirkan fasilitas unggulannya yang dikhususkan bagi penderita kelainan bibir dan lelangit sumbing dan kelainan kraniofasial lainnya.
Kami berharap semoga kedepannya, kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyrakat terhadap bibir dan lelangit sumbing dan bukan lagi menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak serta mengukir senyuman dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Rangkuman layanan lengkap, ini niscaya dapat mengurangi beban kesakitan akibat bibir dan lelangit sumbing yang ada saat ini.
Begitu pun, tentu apa yang dikatakan Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG (K) sebagai Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, layak sangat disimak.
“Kami berpesan kepada setiap wanita usia reproduktif dan Ibu hamil khususnya, agar dapat menurunkan resiko bayi yang dikandung menderita kelainan bibir dan lelangit sumbing, kiranya lebih memperhatikan asupan gizi selama kehamilan. Di antaranya seperti, mengonsumsi makanan kaya asam folat. Dan, menerapkan pola hidup sehat di masa kehamilan, menghindari konsumsi obat-obatan dan alkohol serta menghindari kebiasaan merokok.”
[]Anggita
Photo : Dok. EPR