News Hitz

Menyulut Cinta Baca, Melalui Read Aloud

Upaya untuk memasifkan kegemaran membaca pada anak bisa dilakukan dengan menggalakkan  kegiatan Read Aloud. Dan tak hanya itu, ada pembelajaran dan pengembangan karakter yang bisa didapat anak ketika secara rutin mengikuti kegiatan Read Aloud ini.

Read Aloud merupakan suatu aktivitas sederhana, di mana orang tua atau guru menyisihkan waktu untuk membacakan sesuatu pada anak dengan suara nyaring secara terus menerus, untuk membangun karakter anak yang suka mendengar, mau membaca hingga menjadi gemar membaca, demikian dijelaskan Pegiat Reading Bugs Indonesia Roosie Setiawan.

“Membangun karakter anak yang lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan bisa dilakukan dengan melakukan aktivitas membaca untuk anak atau Read Aloud. Anak juga akan mendapatkan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan,” kata Roosie dalam sosialisasi kegiatan Read Aloud, Kamis (20/5/2021).

Selain itu, kegiatan membaca untuk anak, ini sekaligus  bisa membangun kedekatan antara Ibu dan anak dan membangun keteladanan membaca.

“Keteladanan membaca, ini penting untuk membangun kebiasaan membaca pada anak. Karena mereka adalah peniru ulung. Tidak fair rasanya kalau kita meminta anak untuk suka membaca sementara kita sendiri tidak pernah membaca di depan mereka. Mereka tidak pernah melihat orang tua atau gurunya membaca, bagaimana mereka bisa suka membaca?,” tutur Roosie dengan nada bertanya.

Sebelum melakukan Read Aloud atau membaca nyaring untuk anak, Roosie menyatakan tentu sangat penting untuk memilih buku yang tepat.

“Pilihan buku,  tentu buku yang disukai oleh anak. Dan karena saat kita membaca nyaring bagi anak, akan timbul berbagai pertanyaan dari anak, maka penting juga kita sebagai pembaca buku merasa nyaman dengan bukunya. Perlu diketahui, lebih dulu baca buku itu sebelum membacakannya untuk anak,” ujarnya.

Lalu, saat mulai membacakan buku, diawali  ceritakan tentang cover buku tersebut.

“Sebutkan siapa penulisnya, siapa ilustratornya dan apa judulnya. Ini berfungsi untuk memperkenalkan konsep karya pada anak. Anak akan belajar memahami bahwa buku merupakan hasil karya seseorang, yaitu penulisnya,” ujar Roosie.

Dengan menunjukkan judul buku, kita mengajak anak-anak untuk memprediksi apa isi cerita tersebut.

“Contohnya, seperti buku yang saya pegang ini, judulnya adalah Pohon Harapan, karya Clara Ng. Kita ajak anak-anak untuk memahami konsep harapan yang bagi anak adalah sesuatu yang abstrak dan mengkombinasikannya dengan konsep pohon, yang sudah dikenalnya. Dengan mengajak anak memprediksi maka  pada anak akan timbul rasa ingin tahunya,” urai Roosie.

Yang terakhir, saat melakukan Read Aloud, jangan terburu-buru ingin menyelesaikan satu buku. Karena konsep yang ingin disampaikan kepada anak adalah proses menikmati membaca buku tersebut.

“Dengan mereka menikmati proses Read Aloud, ini maka  anak akan terbiasa dengan kegiatan membaca dan menganggapnya sebagai kegiatan yang menyenangkan. Kemudian anak akan suka membaca dan kedepannya  menjadi gemar membaca,” urainya.

Peran pustakawan sendiri, tak jauh berbeda dengan fungsinya dengan para guru atau orang tua. Hanya cakupan para pustakawan ini lebih luas.

“Pustakawan akan bisa menjadi agen yang menyebarluaskan kegiatan Read Aloud. Karena bukunya ada dan kegiatannya bisa diselenggarakan di Perpustakaan. Dan bisa digabungkan dengan perbincangan seputar manfaat Read Aloud. Nantinya, akan mendorong orang tua untuk meniru kegiatan tersebut dan semakin memperbesar potensi peningkatan gemar membaca pada anak,” ujar Roosie.

[]Natasha Diany Photo : ND

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *