Diselenggarakannya webinar awam mengenai kanker prostas bertajuk “Apa Yang Perlu Diketahui Awam Mengenai Penyakit Kanker Prostat?”, diinisiasi oleh Departemen Urologi RSCM-FKUI didukung Johnson & Johnson Indonesia serta sejumlah mitra dan para pemangku kepentingan, tak lepas dari untuk tujuan mendukung gerakan edukasi awam, agar semakin paham dan mau memeriksakan kesehatan prostat. Catatan yang layak diketahui, kanker […]
Berkandungan hal menarik dari Seminar awam bertema “Pahami Depresi, Cegah Bunuh Diri”.
Seminar secara daring yang diselenggarakan Johnson & Johnson Indonesia dan RS Metropolitan Medical Center (MMC), dalam rangka memperingati “Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia”. (World Suicide Prevention Day/WSPD) yang diperingati setiap tanggal 10 September, ini bertujuan untuk membantu masyarakat mengenali gejala depresi, membantu menurunkan stigma serta menghimbau masyarakat untuk mencar ipengobatan yang tepat.
Terasa menawannya, acara seminar awam, dengan pembicara dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ, Sbsp.Ad.(K), MPH dari Poli Psikiatri di RS MMC, — dihadiri oleh hampir 400 peserta secara daring – mengetengahkan kenali gejala depresi, membantu menurunkan stigma serta menghimbau masyarakat untuk mencari ipengobatan yang tepat.
Ada pun paparan yang disampaikan mencakup tiga topik utama, yaitu : (1) Apa itu depresi (2) Bagaimana mekaniske dan pencegahan bunuh diri; serta (3) apa perkembangan terkini untuk terapi depresi dan bunuh diri.
Karenanya, melalui kegiatan ini, Johnson & Johnson Indonesia bersama RS MMC berharap dapat mendukung kesehatan mental di Indonesia dan mengajak semua pihak, termasuk masayarakat awam dan rekan Media, untuk bersama-sama memerangi stigma dan peduli terhadap kesehatan mental khususnya dalam memahami depresi.
Lebih jauh digambarkan sesuai yang terasakan, kiranya depresi masih belum terlalu dipahami dengan baik di berbagai Negara, termasuk Indonesia, Maka stigma dan kesadaran yang rendah menghambat akses pasien terhadap pengobatan. Kurangnya pemahaman akan perbedaan tentang jenis depresi di antara pasien dan masyarakat pada umumnya dapat membuat gejala dan pengalaman penderita sering dianggap sama saja.
Tentu menawan dan bernilai begitu indahnya dari seminar awam inim yang juga bertujuan membantu masyarakat awam mengenali gejala depresi dan memahami bahwa depresi tidak semuanya sama, melainkan sebuah spektrum, sekaligus bertujuan untuk menurunkan stigma serta menghimbau masyarakat untuk mencari pengobatan yang tepat. Mampu mengenali gejala depresi dapat membantu masyarakat untuk segera mencari bantuan profesional sejak dini dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Catatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa depresi menyumbang 4,3% dari beban penyakit global dan akan menempati peringkat sebagai kontributor utama pada tahun 2030. Depresi akan menjadi beban penyakit nomor satu di Negara maju dan seluruh dunia.
Berdasarkan data IHME 2019, dari sekitar 970 juta orang di Dunia yang menderita gangguan jiwa, diperkirakan sekitar 28.9% di antaranya merupakan gangguan depresi sehingga hal tersebut perlu menjadi perhatian khusus. Indonesia sendiri sampai saat ini masih memiliki rasio jumlah dokter jiwa (terhadap populasi) yang relatif rendah dibandingkan Negara-Negara Asia Tenggara lainnya.
Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs of Johnson & Johnson Innovative Medicine in Indonesia, Malaysia & Phillipines mengatakan, “Kita perlu menghilangkan stigma terhadap depresi di Indonesia mengingat kondisi ini dapat diobati, terutama ketika orang dapat mengenali gejalanya sejak dini dan mencari pengobatan jika diperlukan.”
Lanjutnya,”Tentu, kami senang dapat bekerjasama dengan RS MMC dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan membahas masalah depresi ini serta mendorong masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, dan mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan dari para ahli.”
Beberapa gejala gangguan depresi mayor adalah rasa sedih yang terus menerus, pesimis, rasa tidak berdaya, gampang tersinggung, insomnia, sulit makan, menarik diri hingga melakukan usaha untuk bunuh diri. Maka, apabila Anda atau keluarga atau teman Anda mengalami gejala-gejala tersebut dan dugaan menderita gangguan depresi mayor, terutama bila ada niat untuk melukai diri sendiri dan/atau bunuh diri, maka sangat disarankan untuk segera berkonsultasi pada tenaga kesehatan jiwa profesional, seperti psikiater, dokter umum, atau psikolog.
Mitos umum tentang depresi adalah bahwa gangguan ini tidak dapat diobati. Namun, sebenarnya depresi adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling bisa diobati. Tanpa pengobatan, penyakit dan gangguan jiwa dapat memengaruhi hubungan individu dengan keluarga dan teman-teman mereka, karir profesional dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Orang yang menderita depresi dapat menghadapi konsekuensi yang berbahaya dan bahkan fatal karena hampir tidak mungkin mereka mampu menghadapi depresi sendirian. Karenanya, meningkatkan kesadaran tentang depresi adalah salah satu langkah pertama untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.
Di Indonesia, survey memperlihatkan bahwa anak berpotensi melewatkan waktu menyikat gigi ketika orang tua mereka melewatkannya. Akibatnya, secara global kebiasaan anak menyikat gigi dua kali sehari menurun hingga 11% jika dibandingkan survei 2018. Merespons urgensi ini, di Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2021, Pepsodent dan PDGI meluncurkan sebuah kampanye Senyum Sehat untuk Hidup yang […]
Kian menarik saja isi diskusi online bertajuk “Building Strong Family pas #DiRumahAja: Gizi Seimbang, Aktif dan Bahagia”, yang digelar oleh PT Frisian Flag Indonesia (FFI), berlangsung pada akhir bulan April 2020, lalu, yang membahas betapa pentingnya kesadaran menjaga dan meningkatkan kesehatan diri dan pikiran di tengah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta […]
Resistansi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) merupakan ancaman serius bagi kesehatan global. Hal itu terkait laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa 700.000 kematian di seluruh Dunia terjadi pada tahun 2017 akibat AMR. Yang apabila tidak dikendalikan secara optimal, kondisi ini adalah sebuah pandemi senyap yang mengancam hingga 10 juta kematian setiap tahun pada tahun 2050. Penyebab AMR adalah penggunaan antimikroba, […]