“Future Menu 2025” baru saja diluncurkan oleh Unilever Food Solutions (UFS), yang merupakan unit Business to Business (B2B) dari Unilever. Event ini merupakan dukungan UFS terhadap progresivitas para chef dan pebisnis kuliner di seluruh Dunia, yang resmi diperkenalkan di kawasan Asia Tenggara dalam perhelatan “Future Menu 2025 SEA” di Samyan Mitrtown, Bangkok. UFS Indonesia sendiri mengangkat keistimewaan […]
Kondisi pandemi
COVID 19, dinyatakan mampu pengaruhi kondisi anak Indonesia, baik dalam
jangka pendek mau pun jangka panjang. Berbagai faktor, yang secara langsung
atau tidak, akhirnya menyebabkan Indonesia berpotensi kehilangan generasi
unggul.
Seperti hal yang dikatakan oleh Ahli Kesehatan Anak Dr. dr. Djatnika Setiabudi, SpA(K), MCTM, Trop Ped, yang menyatakan bahwa kesehatan anak bisa terpengaruh secara langsung mau pun tidak langsung oleh COVID 19 ini.
“Pengaruh secara langsung, anak terkena infeksi SARS CoV-2 ini. Dengan menunjukkan berbagai gejala. Atau dampak
secara tidak langsung adalah dengan kondisi COVID, ini menyebabkan anak tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan dari fasyankes atau tidak
dibawa ke fasyankes karena menurunnya
kemampuan ekonomi orang tua. Sehingga mengakibatkan potensi munculnya wabah
penyakit atau gangguan tumbuh kembang,” kata Dr. dr. Djatnika Setiabudi saat
seminar online perayaan Hari Anak
Nasional, Kamis (23/7/2020).
Dampak lainnya, yang bisa dirasakan anak
adalah dampak psikologis akibat pembatasan aktivitas, yang pada beberapa kasus
menunjukkan tindak kekerasan pada anak.
“Seharusnya, walau pun ada pandemi, kesehatan anak tetap menjadi
prioritas. Di mana kesehatan anak itu adalah keadaan sempurna baik fisik,
mental mau pun sosial. Tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Hal
ini berlaku bagi semua yang belum
berusia 18 tahun, termasuk yang masih dalam kandungan,” paparnya.
Lebih jauh Dr. dr. Djatnika Seyiabudi mengatakan, maka pentingnya
upaya untuk tetap bisa memberikan pelayanan kesehatan pada anak. Terutama,
anak-anak yang sudah masuk dalam perawatan reguler.
“Misalnya dalam akses pelayanan kesehatan, harus dicari solusi, bagaimana anak tetap mendapatkan pelayanan kesehatan dalam masa pandemi ini. Karena banyak orang tua yang takut membawa anaknya ke fasyankes karena pandemi. Atau di kasus lain, rumah sakitnya yang membatasi pelayanan mereka. Akibatnya pasien anak datang ke pusyankes dengan gejala berat atau bagi pasien anak kronis sudah masuk kategori infeksi berat. Atau pada beberapa kasus, tertunda pengobatannya,” urainya.
Atau kasus lainnya, karena adanya pandemi
ini, terjadi penurunan ekonomi keluarga, sehingga keluarga tertentu tidak mampu
membawa anaknya yang sakit untuk mendapatkan pengobatan.
“Inilah yang harus dijadikan fokus pemikiran dari semua multisektor. Jangan karena pandemic, ini akhirnya pada jangka panjang terjadi penurunan kualitas hidup dan tumbuh kembang anak,” tandasnya.
Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Rumah
Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dr. Riyadi, SpA(K), M.Kes, menyatakan upaya pertama dalam mencegah
penularan COVID 19 pada anak, adalah semaksimal mungkin untuk menghindarkan
anak dari kontak erat.
“Sebisa mungkin tidak perlu ke luar
rumah. Kalau pun memang penting harus ke luar rumah, harus menggunakan masker, untuk menurunkan potensi paparan
virus,” kata dr. Riyadi dalam kesempatan yang sama.
Kalau pun anak tidak mau menggunakan masker, bisa menggunakan face shield sebagai alternative, dan
para orang dewasa di sekitarnya lah yang wajib menggunakan masker.
“Sebagai pihak medis, yaitu dari RSHS,
kami sudah mempersiapkan pembagian area di rumah sakit. Maka pentingnya di
sini, masyarakat harus benar-benar mentaati area-area dan protokol kesehatan
yang sudah kami siapkan,” ujarnya lebih lanjut.
Termasuk, lanjutnya, menggunakan masker dan mencuci tangan selama dalam
area rumah sakit.
“Bagi masyarakat yang datang ke rumah sakit, disediakan masker. Tapi sebaiknya penggunaan masker sudah dari rumah.
Karena perjalanan dari rumah ke rumah sakit itu juga ada potensi terkena
virus,” ucap dr. Riyadi.
Kalau pun anak memang harus dibawa ke fasyankes, dr. Riyadi menyebutkan,
ikuti protokol kesehatan dengan benar dan pastikan menjauhi kerumunan.
“Kalau harus berobat, dijalani, tapi setelah itu langsung pulang. Karena berada di
rumah merupakan lokasi yang paling rendah resiko dan anak tidak perlu
menggunakan masker di rumah,”
pungkasnya.
Jakarta, 20 Maret 2018 – Tumpukan pernak-pernik di laci, pakaian yang digantung di belakang pintu, atau tas yang lebih dari satu di pojok ruang, mungkin saja yaitu pemandangan yang seringkali kita temui dirumah. Senantiasa ada rasa sayang serta takut untuk kurangi jumlah barang yang kita taruh dirumah. Walau sebenarnya, sebenarnya kita seringkali bingung ingin disimpan […]
Jakarta, 14 Mei 2018 – Ada berbagai macam posisi seks namun Stylishion (Anda) dapat memilih posisi terbaik mana yang paling Anda sukai dan nikmati. Sebagaimana Kama Sutra – buku India kuno yang membahas tentang seksualitas – menunjukkan kepada kita, aktivitas seksual adalah pencarian variasi gaya yang tak terbatas. Jika Anda berada dalam hubungan heteroseksual, mengetahui berbagai […]
Tak terelak. Tentu menyita perhatian mengenai kanker paru yang melanda di Indonesia. Berdasarkan data Globocan 2020, kanker paru menduduki peringkat ke-3 dari seluruh kanker dengan mortalitas tertinggi di Indonesia. Dan berdasarkan prevalensi global dari American Lung Cancer Association terdapat sekitar 500 ribu orang yang hidup dengan kanker paru-paru di Indonesia. Berpijak dari sanalah juga, dan dalam memperingati Hari […]